Tuesday 25 July 2017

Web Khusus Dewasa Yang Berisakan Cerita Sex Hot Terbaru, Mesum, ABG, Ngentot, Tante, Janda, Sedarah, Mahasiswi, Selingkuh, Horny, Memek Perawan 18+. Saat ini aku bekerja di distributor parfum di bogor, dengan posisi sebagai marketing, tapi dulu aku juga ikut andil dalam perusahaan tersebut, karena memang aku kurang dalam hal financial jadi disitu aku hanyalah Sumber Daya Manusia, pendapatku dengan teman teman lainnya tidak sama, dulu kalau tidak lupa ada lima orang yang membentuk perusahaan ini sebut saja CV. JAYA.

Suka Cerita Sex Semangat Birahi

 cerita sex ABG, cerita ABG terbaru, cerita ABG ngentot, kumpulan cerita ABG ngentot, cerita hot ngentot, cerita nyata ABG ngentot, koleksi cerita ABG ngentot, kumpulan cerita ngentot terbaru

Yang menjadi pemegang saham dalam perusahaan ini adalah pak Hendra, beliau yang berperan di perusahaan itu, dari semuanya pak Hendra yang tertua, beliau lulusan sarjana Ekonomi, kami memanggil beliau dengan sebutan Babeh. Karena beliau ada keturunan Sunda dan Betawi.

Dulu aku dan temanku bertiga bertugaas untuk mengembangkan SDM, masing masing dari kami giat untuk melakukan pengembangan dimana kami bersaing untuk mendapatkan anak buah sebanyak banyaknya, supaya perusahaan ini bisa berkembang dan solid untuk kedepannya, dalam 3 bulan yang awalnya berjumlah 4 orang sekarang sudah menjadi lebih banyak yaitu kurang lebihnya 50 orang, saat itu timku menjadi tim yang hebat dan solid.

Semua itu tak lepas dari kerja kerasku untuk mengembangkan mereka, mendidik mereka dan memotivasi mereka. Mereka memang tim yang kuat dan bermotivasi tinggi. Mereka semua sangat respek terhadapku. Itu semua karena aku hampir dikatakan sempurna dalam hal pembinaan dan approachmen.

Aku selalu menghadapi mereka dengan sabar, meski sifat mereka tak sama. Aku menerapkan pendekatan yang berbeda-beda dari yang satu dengan yang lainnya. Aku selalu memuji mereka yang berprestasi, dan membangun semangat bagi mereka yang sedang down.

Aku selalu sempatkan waktu sekitar dua sampai lima menit kepada masing masing individu untuk berbicara mengenai keluhan-keluhan mereka, kendala-kendala di lapangan, dan rencana-rencana mereka ke depan, sehingga mereka merasa benar-benar menjadi bagian yang penting dalam tim.

Paling tidak aku menyapa mereka sekilas dengan mengucapkan selamat pagi penuh semangat, memuji penampilan mereka, atau hanya sekedar mengatakan, “Dasi kamu bagus”

Aku juga sangat antusias dengan mereka, karena sebagian besarnya adalah cewek. Dan bukan rahasia lagi jika cewek sunda terkenal dengan postur tubuh yang tak terkalahkan. Mereka rata rata berbadan segar dengan buah dada yang sekal dan menantang.

Kulit mereka juga sangat bersih. Itu adalah keuntungan tersendiri bagiku karena pasti suatu saat nanti mereka (bahkan semuanya) bisa aku kencani satu persatu.

Dengan pendekatan setahap demi setahap salah satu diantara mereka, Hawin, akan bisa aku nikmati tubuhnya. Kisah ini berawal ketika suatu hari aku tidak terjun ke lapangan karena badanku terasa tidak enak. Tapi karena aku harus memotivasi mereka, paginya aku sempatkan untuk ke kantor. Dan begitu mereka berangkat ke lapangan aku pulang ke kost untuk istirahat.

Namun paginya dikantor, Hawin sempat curiga dengan kesehatanku dan bertanya, “Mas kenapa, sedang sakit ya?”

“Iya, Feb. Aku lagi nggak enak badan. Kayaknya aku nggak berangkat hari ini”

“Ya udah, entar habis meeting Mas pulang aja. Mas sudah makan?” tanya Hawin penuh perhatian. Dia memang orangnya sangat perhatian.

“Udah sih, tapi cuman dikit. Nggak selera” Dengan penuh kelembutan Hawin meraba dahiku. Tangannya lembut dan wangi. Kalau aku diraba agak lama mungkin aku langsung sembuh, pikirku.

Pukul sembilan pagi semua karyawan sudah menyebar ke lapangan. Sementara aku masuk dan beristirahat di ruang rapat. Babe masuk dan bertanya, “Kenapa Yan, sakit?”

“Iya, Be,” jawabku singkat.

“Ya udah, tiduran aja situ,” kata Babe ramah.

“Nggak ah, Be. Aku mau pulang aja. Ntar sore balik lagi”

“Terserah deh”

Aku bergegas pulang ke kost. Kostku memang hanya berjarak tiga ratus meter dari kantor. Semua biaya kostku ditanggung oleh Babe. Ruangnya nyaman, besar dan bersih. Penjaganya yang bernama Pak Min itu juga ramah.

Menurut Pak Min sebenarnya kamar itu khusus untuk tamu dan tidak disewakan, tapi entah mengapa aku diperkenankan menyewa kamar itu. Di kamar itu terdapat lukisan panorama yang sangan besar dan indah.

Asli pula dan bukan reproduksi. Kata Pak Min posisi kamar itu boleh diubah sesuka penghuninya. Asal jangan kaget jika ada sensasi baru setelah itu. Apalagi dengan lukisan itu. Tapi aku menganggap itu hanya gurauan Pak Min dan aku tidak menanggapinya dengan serius.

Sebenarnya di kost itu tidak boleh membawa teman lawan jenis ke kamar, tapi sepertinya Pak Min, si penjaga itu tahu apa yang dibutuhkan penghuni kost, jadi peraturan itu diabaikan. Sehingga kamar sebelahku sering dipakai pesta seks oleh penghuninya. Aku pernah ikut sekali.

Sesampainya di depan kamar kost aku kaget karena Hawin ternyata sudah berada di depan kamar kostku sedang membaca majalah kesukaannya.

“Lho Feb, kok kamu disini. Lagi ngapain?” tanyaku singkat.

“Lagi nungguin Mas Iyan. Kenapa, nggak boleh?” tanya Hawin manja.

“Ya boleh sih, tapi kok tadi nggak ngomong dulu”

“Mau ngasih kejutan, biar Mas Iyan sembuh”

“Ah, bisa aja kamu,” sahutku sambil mencubit dagunya yang mungil itu.

Setelah membuka pintu kamar aku mempersilakan Hawin masuk. Dengan tanpa canggung Hawin masuk ke kamarku dan melihat sekeliling, “Kok posisi kamarnya nggak diubah sih Mas. Emang nggak bosen gini-gini aja. Ubah dong biar ada perubahan. Biar selalu baru, jadi Mas nggak sakit-sakitan”

“Biarin, sakit kan karena penyakit. Bukan karena kamar. Eh ngomong-ngomong, sorry lho kamarku berantakan”

“Ah cowok mah, biasa,” sahut Hawin dengan sedikit logat sunda. Setelah itu tangan mungil Hawin memunguti benda-benda yang berantakan itu dan menatanya dengan rapi di tempatnya masing masing. Sementara aku pergi ke kamar mandi untuk berganti pakaian.

Begitu masuk kamar, kamarku sudah kembali bersih dan rapi oleh tangan Hawin. Aku lihat Hawin sedang sibuk memencet-mencet tombol remote untuk mencari acara tv. Hari itu Hawin mengenakan baju tipis putih dengan celana hitam panjang.

Sangat terlihat profesional dia dengan pakaian itu. Juga seksi. Sambil tiduran Hawin terlihat sangat menggoda. Payudaranya sangat terlihat mulus dengan bra yang tidak seukuran. Terlihat sekali bra itu tak sanggup memuat isi dari dada Hawin.

Aku menelan ludah. Tiba tiba suhu badanku naik. Aku tahu ini bukan karena aku sakit, tapi lebih karena libidoku pasti sedang on. Si kecil juga ikut-ikutan bangun. Sialan. Aku menggerutu karena ketika si kecil bangun dengan posisi yang salah.

Menghadap ke bawah. Sehingga bulu-bulunya yang semula sempat menempel jadi tertarik dan menimbulkan rasa sakit. Aku merogohnya dan menempatkannya dengan benar. Tentu ini tak sepengetahuan Hawin. Malu aku.

“Mas punya CD lagu yang bagus, nggak?” tanya Hawin mengagetkanku.

“Cari aja disitu, pilih sendiri. Ada lagu, ada film. Eh, aku kemarin sewa film bagus tapi belum sempat nonton. Tuh, yang bungkusnya dari rental”

“Film apa sih ini?”

“Action, tapi katanya sih, ada making love-nya”

“Hii. Coba ah, penasaran”

Sementara Hawin memasukkan keping VCD, aku memperhatikan pinggangnya yang sedikit terbuka ketika dia sedikit menungging. Putih, mulus. Aku jadi teringat Dewi pemeran VCD Itenas yang heboh itu.

Sementara aku duduk mengambil posisi bersandar di tembok dekat tempat duduk Hawin sebelumnya. Aku berharap setelah selesai memasukkan keping VCD, Hawin kembali ke tempat duduk semula, jadi aku berada disampingnya persis. Dan benar, kini Hawin berada disampingku dengan posisi bersila, sementara kakiku aku selonjorkan. Kini kaki kiri Hawin yang dilipat menumpang di kakiku.

Filmpun dimulai. Aku juga bersiap untuk memulai film panas siaran langsung tanpa penonton dan kamera. Aku mulai merangkul Hawin. Mengelus rambutnya yang hitam itu, sambil sesekali membahas cerita film itu.

Padahal sebenarnya aku tidak begitu memperhatikan alur cerita film itu. Aku hanya menjawab ya dan tidak atau tersenyum menanggapi Hawin yang terlihat serius. Lalu badan Hawin mulai bersandar di badanku.

Akupun dengan mudah menciumi rambutnya, telinganya juga tengkuknya. Sementara tanganku yang sedari tadi bermain di daerah atas, kini mulai merosot. Menyentuh dada Hawin, meremasnya hingga Hawinpun tak lagi memperhatikan film itu dan menikmati sentuhanku. Kini kami menjadi pemeran utama sebuah film panas. Apalagi ketika alur film itu tiba pada kisah make love, sesekali kami melihatnya sebagai pemanas.

Wajah Hawin yang semula menghadap tivi kini mulai tengadah menghadapku. Bibir kamipun beradu. Hawin terlihat sangat antusias. Napasnya sangat wangi menggairahkan. Aku yakin Hawin mempersiapkan hal ini dengan makan permen wangi sebelumnya.

Dia menjilati mukaku dengan buas. Sementara tanganku sibuk bergerilya mencoba melepas pakaian Hawin. Tanganku yang berada di dalam baju Hawin berhasil membuka pengait bra-nya.

Gumpalan daging sekal itu kini longgar tanpa pembungkus. Sementara bibirnya sibuk menjilatiku, tangannya mulai menuju pakaianku. Akupun dilucutinya. Sekarang aku tak berbaju lagi. Bibir Hawinpun mulai bergerilya turun.

Menjilati dadaku dan mengulum susuku. Badanku makin panas. Libidoku makin naik. Leher, perut, telinga, dan dadaku menjadi sasaran bibir Hawin. Aku menikmatinya sambil terus memainkan payudaranya yang semakin menghangat.

Semakin lama Hawin semakin mengganas, dilepaskannya celanaku luar dan dalam. Bibirnya yang kini sudah tak berlipstik itu terus menjamah semua sektor tubuhku. Lidahnya menjilat-jilat bulu kemaluanku. Juga buah zakarku.

Aku sesekali menggelinjang menahan jilatannya. Apalagi ketika kemaluanku masuk kedalam mulutnya. Ah, hangat rasanya.

Hawin berubah posisi. Yang semula berada tepat di depanku, kini beralih disampingku, sambil tetap menghisap kemaluanku. Perubahan posisinya bukan tanpa alasan. Ternyata Hawin mengulum penisku dengan posisi dari samping sehingga lidahnya mengenai permukaan penisku bagian atas.

Posisi ini sungguh sangat nikmat. Baru kali ini merasakan hisapan dan jilatan yang sangat hebat. Luar biasa.

Sementara itu tanganku terus mengelus tubuh Hawin. Payudaranya yang kenyal selalu menjadi favorit tanganku. Juga pantatnya yang bulat mulus. Sungguh menggairahkan. Tapi ketika jemariku kutuntun untuk menuju liang vaginanya, Hawin menolak. Akupun menurut saja. Aku tidak mau memaksakan kehendakku.

Sekitar sepuluh menitan Hawin bermain dengan posisi itu. Selanjutnya penisku dikeluarkannya dari mulut. Lidahnya yang terus mengganas itu menjalar keseluruh permukaan badanku bagian depan. Naik, naik, dan terus naik. Kini bibir kami kembali beradu.

Kini posisi Hawin tepat mendudukiku. Lalu perlahan-lahan Hawin membimbing penisku untuk masuk kedalam liang vaginanya. Dan, bless.. hangat, nikmat. Hawin meringis menahan rasa. Entah apa yang ia rasakan. Setelah berkonsentrasi dengan penisku, kini Hawin mulai memompa dengan posisi naik turun.

Aku masih pada posisi duduk. Hawin yang duduk dihadapanku terus naik turun hingga payudaranya terayun-ayun. Akupun tertarik dengan payudara itu. Kupegang, kuremas, kutekan lalu aku menundukkan kepalaku hingga bibirku mengenai payudara Hawin. Dalam kesulitan karena posisinya yang terayun-ayun aku mengisap payudara Hawin.

Hawinpun meraung-raung tak karuan.

“Ya Mas, terus Mas. Hisap terus, Mas”

“Augh, augh.. Mas aku mau keluar, augh, augh.. Ahh!!

Hawin mengejang. Mukanya memerah. Lalu kami membalikkan tubuh kami. Untuk sementara kami juga melepaskan perabot kami yang tertancap. Akupun mulai bekerja. Kubimbing Hawin untuk berjongkok. Akupun menyetubuhinya lagi dengan posisi dari belakang.

Bless.. Kemaluanku masuk lagi ke liang vaginanya. Dengan posisi doggystyle aku memompa pantat Hawin berkali-kali hingga aku merasakan ada dorongan yang sangat kuat, hingga frekuensi doronganku semakin cepat. Aku meracau tak karuan. Hawin tahu itu.

Sebelum spermaku muncrat, dilepaskanlah pantatnya. Sekejap Hawin sudah berbalik posisi. Tangannya langsung menangkap kemaluanku.

Dibantu mulutnya, dikocoklah penisku sejadi-jadinya dan..
“Augh..” Sperma hangat muncrat ke mulut Hawin. Tanpa ragu dikulumlah penisku. Rasanya tidak karuan. Spermakupun habis ditelan Hawin. Lalu kami berduapun roboh tak berdaya. Aku mencium Hawin penuh kasih dan dengan senyum kepuasan.

Wajahnya yang penuh keringat tetap manis dengan senyuman itu. Sementara layar TV ku sudah tak menunjukkan display VCD. Entah duluan VCD atau aku selesainya.

Tamat
Cerita sex sahabat, foto hot terbaru, foto hot Jilbab terbaru, foto hot tante terbaru, foto sex mahasiswi, cerita sex terbaru, cerita sex three some, Cerita Sex Perawan, cerita sex pembantu nakal, cerita sex ngentot, cerita sex ABG, cerita sex Jilbab, kumpulan cerita sex perkosaan, cerita sex Janda, cerita sex Guru, cerita sex Lesbi, cerita sex Hamil, cerita sex pembantu, cerita sex Pelajar, cerita sex setengah baya, cerita sex dosen, cerita sex SMP, cerita sex pramugari, cerita sex Bertukar pasangan, Cerita Sex Suster Sange, Cerita Sex Pacar Sange, Cerita Sex Pasangan Gay

Suka Cerita Sex Semangat Birahi

  • Uploaded by: Unknown
  • Views:
  • Category:
  • Share

    0 comments:

    Post a Comment

     
    Copyright © Words for Love | Distributed By Blogger Themes
    Blogger Templates Wallpapers Hack Wfi