Wednesday 19 July 2017

Web Khusus Dewasa Yang Berisakan Cerita Sex Hot Terbaru, Mesum, ABG, Ngentot, Tante, Janda, Sedarah, Mahasiswi, Selingkuh, Horny, Memek Perawan 18+. Cerita panas ini merupakan sebuah cerita yang ditulis untuk fans cerita sex smuanya karena ini merupakan hal yang baru untuk kalangan anak muda. Cerita sedarah ini dilakukan oleh adik ipar ketika disuruh sebagai pemijat oleh kaka ipar dia,

Suka Cerita Sex Jangan Sampai Tau

 cerita sex perselingkuhan, cerita perselingkuhan terbaru, cerita perselingkuhan ibu rumah tangga, cerita cerita perselingkuhan, cerita perselingkuhan ibu, cerita perselingkuhan di kantor, cerita ngesek perselingkuhan, cerita perselingkuhan wanita, cerita perselingkuhan istriku, cerita perselingkuhan bergambar, cerita mesum perselingkuhan, cerita perselingkuhan dengan tetangga, perselingkuhan cerita, cerita perselingkuhan sampai hamil, cerita perselingkuhan tetangga, cerita hubungan perselingkuhan, cerita perselingkuhan terpanas, cerita birahi perselingkuhan, cerita bokep perselingkuhan

Saat aku berusia 33 tahun . Aku punya seorang istri berusia 31 tahun yang memiliki adik kandung masih lugu dan pemalu. Sebut saja namanya Elas, baru berusia 17 belas tahun. Elas adalah adik ke 3 istriku. ikut tinggal bersamaku karena ingin bersekolah di jakarta.

Mertuaku di sukabumi. Aku ikut senang iparku tinggal bersamaku karena sekalian menunggu dan mengurus rumahku yang kosong hanya tinggal pembantu akibat kami berdua bekerja.

Aku punya kebiasaan dan kegemaran yang kubawa sejak remaja. Yakni senang di pijat. Hampir seminggu sekali orang tuaku memanggil tukang pijat langganannya, dan sekalian pula aku ikut minta di pijat.

Tak heran, setelah menikah, minimal hampir seminggu dua kali aku selalu minta dipijat istriku.

Aku juga punya pembantu. Terkadang pembantuku yang sudah tua juga membantu memijat tatkala istriku sudah kelelahan. Istriku juga bekerja di bank swasta sebagai teller.

Kisahnya berawal dari suatu hari aku pulang kemalaman karena lembur. Badanku terasa sakit sekali. Aku ingin sekali di pijat. Tetapi istri dan pembantuku sudah tidur. Saat itu aku lihat iparku Elas masih belum tidur dan mengerjakan PR sekolah SMA-nya di ruang keluarga. Karena sudah tak tahan sakit semua badanku, aku coba minta tolong Elas untuk memijat pundakku.

Elas menurut saja karena memang dia patuh denganku. Awalnya dia ragu karena tak pernah memijat orang. Lalu ku bilang :

” Tak apa lah, Elas.. asal-asalan aja !. yang penting sakit Aa hilang !”. (Aa adalah panggilanku). maka Elas pun mau melakukannya. Mulailah dia memijat bagian pundakku dan Aku tetap mengenakan baju.

Sama sekali aku tak punya pikiran macam-macam karena aku mencintai istriku dan menghormati keluarga mertuaku.

Aku rasakan ternyata pijitan Elas enak juga. Aku mulai menikmatinya. “Enak juga pijitan si Elas !”, pikirku. Setelah badanku agak enakan, aku minta Elas untuk menghentikan pijitan dan ku minta dia untuk segera kembali ke kamarnya.

Esok paginya aku ceritakan ke Istriku kalau semalam badanku sakit sekali dan minta maaf terpaksa aku minta tolong Elas adiknya untuk memijatku. Istriku tampak seperti biasa saja karena sangat percaya kalau aku tidak bakal macam-macam ke adiknya.

Suatu hari, aku merasakan kembali sakit pegal-pegal dibadanku. Mungkin karena kebiasaan di pijat, capek sedikit saja serasa tak hilang kalau tidak di pijat. Cepat-cepat aku bawa kendaraanku ke rumah malam itu.

Saat tiba di rumah, aku minta tolong istriku– yang memang biasanya sudah pulang duluan– untuk memijat seperti biasa. Tapi dia bilang sedang capek sekali dan tidak sanggup memijatku. Dia memintaku untuk membangunkan bu sumi saja, pembantuku. Tetapi bu Sumi sudah tidur.

Aku lapor ke istriku kalo bu sumi sudah tidur. Tiba-tiba istriku bilang : ” ya sudah minta tolong aja sama Elas, tapi pijatnya di sini !”. (Di kamarku dan istriku)

Lalu aku memanggil Elas yang kebetulan memang belum tidur. Istriku tiduran di sampingku, ikut menyaksikan kalau aku sedang di pijat tanpa buka baju oleh adik kandungnya. sambil mengajari Elas memijat dan ngobrol, istriku lama-lama tertidur pulas.

Sejak hari itu kebiasaanku berlanjut. Aku makin sering di pijat oleh Elas di kamarku. Di saksikan oleh istriku. Frekwensinya kini malah lebih banyak Elas yang memijatku ketimbang Istriku sendiri. Sama-sekali tidak terlintas pikiran kotor untuk macam-macam karena Elas anaknya memang baik dan kuanggap masih kecil. aku juga sering menasehatinya dalam agama meski aku juga bukan orang alim, lalu menasehatinya juga agar hati-hati dalam bergaul supaya tidak terlibat pergaulan bebas.

Lama kelamaan aku makin keenakan di pijat Elas dan mulai berani di pijat dengan buka baju. Akupun mulai berani minta di pijat dengan menggunakan minyak pijat seperti apa yang memang sering dilakukan Istriku.

Aku rasakan pijatan tangan Elas memang tidak kalah dengan pijatan istriku. Sampai beberapa bulan berlalu aku makin ketagihan dengan pijatan Elas iparku.

Ohya, Tak lupa setiap kali di pijat, aku selalu memberikannya uang Rp.100.000. Sesuatu yg istriku juga mengizinkan aku di pijat Elas karena melihat aku juga memberinya uang.

Sampailah di suatu malam yang hujan deras, istriku sedang tertidur pulas saat aku baru tiba di rumah malam hari. Badanku pegal sekali. aku meminta Elas untuk memijatku. Di tengah pijatan, aku merasakan tiba-tiba muncul gairah ingin sekali berhubungan seks dengan Istriku. Tetapi istriku sudah tidur.
Aku pusing sekali, mungkin karena gairah yang naik tiba-tiba, kini aku jadi mulai terangsang oleh sentuhan pijatan Elas. Malam itu setan membawaku untuk mencari rangsangan lebih. Karena gairah seks ku sedang naik.

Tak seperti biasanya, aku yang paling-paling hanya minta di pijat di bagian kaki, kepala dan pundak tanpa buka baju. Kali ini minta lebih… Aku minta Elas untuk memijat bagian dadaku !.
Semula Elas ragu-ragu karena tak biasanya aku minta pijat di bagian itu.

“Ayo is, gak apa-apa sekali-sekali, tumben nih bagiaan ini (dada) Aa agak pegel banget !”. Pintaku.
Akhirnya Elas menuruti permintaanku. Aku menarik nafas dalam-dalam menikmati kulit tangan iparku yg dilumuri minyak sedang memijat sensitif dadaku untuk pertama kalinya. Aku jadi sering menelan ludah malam itu. Sungguh aku kian terangsang setiap telapaknya mengenai bagian puting di dadaku.
“Elas.. !” Kataku. “Agak di-lama-in yah pijatnya di bagian itu. Abis lagi pegal !”. Kataku. Jam menunjukkan pukul 23.00. Selesai sudah pijatan Elas. Aku minta Elas untuk tidur ke kamarnya. Aku yg di kondisi gairah memuncak, sudah tak kuasa lagi menahan.

Ku bangunkan Istriku. Tetapi dia ogah-ogahan. Seperti biasa kalau sudah begini, aku punya sedikit kelainan seks. Ku buka celana Istriku dalam kondisi dia tertidur, ku baringkan tubuh istriku dalam keadaan tengkurap, ku tuntaskan hajatku malam itu dengan bermasturbasi menggejot-genjot pantat istriku yg kadang akhirnya jadi terbangun dan membantu menggoyang-goyang pantatnya..

“Crooott…. Crooot… !”, air maniku tumpah di pantat Istriku.

Waktu terus berjalan. Setiap kali aku pegel, aku minta di pijat Elas, aku kini selalu minta dia berlama-lama memijat di bagian dada. Terutama saat istriku mulai tertidur. Semakin lama aku makin menikmati. Sensasinya semakin lain. Dalam keadaan terpejam mata, aku mulai berpikir aneh-aneh.
Ada satu hal yang membuatku heran, ketika itu, saat memijat di bagian dada, aku merasa Elas memperlambat dan memperlemah tangannya seperti mengelus memberi rangsangan. Aku sudah tak memperdulikan lagi rasa malu saat putingku membesar dan mengeras dibuatnya.

Mungkin dia sudah tahu kalu aku terangsang. Mataku tetap terpejam menikmati sensasi hebat itu seolah tidak tahu apa yang di lakukan oleh tangannya. Aku juga merasa setiap Elas memijat bagian dadaku, nafas Elas juga ikut makin memburu dan seperti tersengal-sengal. Sesekali aku intip dari keremangan lampu kamar yg ku redupkan, payudara Elas makin membesar.

Lama-kelamaan tiap di pijat aku mulai punya pikiran kotor. Nafsu sudah menguasaiku. Aku ingin sekali Elas bukan saja mengelus dadaku, dalam khayalanku aku ingin dia bisa memainkan jarinya di putingku. Bahkan menjilatinya.

Aku mulai mikir-mikir, mencari-cari rencana, bagaimana caranya agar Elas bisa memainkan putingku dengan leluasa dan bebas, tanpa kehadiran istriku di sampingku seperti biasanya. Sesuatu keliaran yang tak pernah terbayangkan. Adik ipar yang aku kasihani dan sayangi sebelumnya. Masih remaja pula.

Di kantor aku jadi sering terbayang-bayang pijatan dan elusan tangan Elas di dadaku.

Sampailah Suatu hari sengaja aku pulang kantor duluan. Sekitar jam 2.30 siang dimana Elas biasanya memang sudah pulang dari sekolah.

Hari itu ternyata benar. Elas sedang menonton TV. Tanpa ragu Aku minta Elas memijatku. Pembantuku di kamarnya tidak curiga sama sekali karena memang dia sudah tahu kebiasaanku yang di pijat Elas di kamarku. Karena pernah satu kali mereka berbarengan memijatku malam-malam.

Siang itu Aku minta Elas untuk memijat lebih lembut lagi di bagian dadaku. Aku sengaja menutup gorden dan memadamkan lampu agar jadi lebih remang-remang meski matahari masih tinggi.

Siang itu Aku rasakan tangan Elas begitu leluasa dan bebas seolah memberi rangsangan ke dadaku tanpa takut di ketahui kakaknya.

Selama di pijat Aku merasa Elas tidak lagi memijat dadaku tapi seolah membelai-belainya. Aku makin tidak tahan. Lalu nekat aku bilang : “Elas, boleh pijatin puting Aa pake jari-jari Elas nggak ?” Kataku nekat.

“Hah.. ? Gimana caranya, A ? Kok pijat putingnya ?, ” Katanya heran atau mungkin pura-pura heran.

“Aa paling suka kalo Teteh (panggilan istriku) pijatin puting Aa. Gampang kok !.” Sambil ku pegang tangan dan tuntun jarinya untuk menunjukan caranya.

Entah karena lugu, atau pura-pura tidak tahu, dia menurut saja dan meneruskan memainkan putingku dengan jarinya.

Aku bilang : “enak sekali, Elas. lebih pelan yah, tapi tolong jangan bilang-bilang Teteh, ya !”

“Memang kenapa, Aa ?”

“Gak apa-apa, khawatir nanti Teteh marah dan salah sangka “, kataku.

“Ya iya, Aa, Elas juga malu !”. Katanya dengan wajah lugu.

“Elas tahu gak, Aa paling suka kalau dimain-mainkan gini putingnya. Teteh juga paling suka kalau di giniin putingnya,” kataku.

Elas diam saja mendengarnya. “Gini Elas, kayaknya posisi Aa kurang nyaman deh, gimana kalo Elas sambil tiduran juga pijatin puting Aa ?,” Pintaku.

Entah kenapa Elas menurut saja dan ikut merebahkan tubuhnya sehingga kini aku berhadap-hadapan dengannya sambil tiduran.

Jarinya terus saja memijat putingku. Aku makin kehilangan akal sehat. Dengan nekatnya aku bilang :
“Elas, sini Aa ajarin kamu gimana caranya memijat puting Aa yang bener, karena kalau cara pijat Elas kayak gini lama-lama puting Aa jadi perih !.” Kataku

Kemudian ku lanjutkan kalimatku : “Tapi… Elas sendiri harus ngerasain di pijat !, nanti Aa mau praktekin memijat Elas, supaya nanti kalo pijetan Elas makin enak, Aa akan kasih uang yg lebih banyak !”.

“Maksud Aa ?”, tanya Elas.

“Sini deh Aa langsung pijetin Elas aja. Elas rasain aja !”

“Ntar kalo teteh tahu gimana ?”

“Ya jangan kasih tahu dong, ini rahasia kita aja”. Kataku

Tanpa buang kesempatan aku langsung nekat memijat telapak kaki Elas. Agar dia tidak langsung curiga. Aku pura-pura pijat dari telapak kaki agak lama. Trus menjalar ke betis. Kemudian ku minta Elas untuk duduk. Lalu ku pijat di bagian leher, pundak dan kepala tanpa Elas membuka baju.

Lama-lama setelah Elas mulai merasa enak, aku mulai berani memakai minyak pijat. Aku memulainya dari bagian leher. Pelan-pelan dan sesekali kusentuh bagian bawah kupingnya, agar dia terangsang. Aku pijat pelan-pelan dan lama-lama di bagian itu. Elas mulai menikmati dan tak ada penolakan sama sekali. Trus aku mulai memijat turun ke bagian pundak belakang.

Dengan sangat hati-hati, jemariku mulai meraba memijat bagian pundak depan. Ku lihat Elas makin terlena, meski matanya terpejam, aku tahu dia tidak tertidur. Agar lebih leluasa tanganku memijat dari belakang, Aku mencoba meminta Elas untuk membuka kancing bajunya.

“Elas… ! Kancing bajunya buka satu ya !, supaya Aa gampang pijat dada atas Elas !.”

Dan… Elas menuruti !. ” Yess… !”, senangnya hatiku !.

Jariku makin menurun memijat ke wilayah dada, di bagian atas payudara. Aku bisikkan kata-kata untuk meminta Elas terus memejamkan mata dan menikmati musik lembut yg sengaja aku putar.

Tanganku makin turun memijat ke bawah. Seolah sedang berenang di dada dengan dengan gaya katak. Jari-jariku mulai merasakan bagian atas bukit payudara. Wow… Sudah meninggi dan mengeras. Nafas Elas makin tersengal-sengal. Semakin ke bawah… Ke bawah… Dan…

Inilah kesempatan yang tepat. aku sapu dengan lembut bagian paling vital di payudara seorang perempuan. Dengan begitu lembut sekali aku sapu putingnya dengan jemariku. Elas seperti tak menolak sama sekali. Tapi sedikit mendesis, seperti agak takut.

Karena tak ada penolakan berarti, ku sapu saja putingnya beberapa kali. Tak juga ada penolakan berarti, akhirnya kumainkan terus jari telunjukku di atas putingnya saja. Elas melipat bibir tanda keenakan sambil sesekali menyapu bibir dengan lidahnya.

“Elas…”, bisikku. ” Yang enak kalau nanti main-mainin puting Aa.. ya kayak gini !. Enak banget, kan ?”.

Elas mengangguk tanpa kata-kata. Lidahnya sesekali keluar dari bibirnya.

“Elas mau yg lebih enak lagi nggak ?” Kataku.

“Buka ya kancingnya semuanya”, kataku

Aku lihat Elas sudah terangsang sekali. Entah karena lugunya, saat kubuka semua kancingnya dia diam saja. Lalu ku buka juga BH-nya meski sempat sedikit menolak.

Akhirnya ku rebahkan badan Elas dengan posisi telentang, lalu aku mainkan jemariku di atas puting yg merah coklat muda itu.

“Elas tidur aja ya, nikmatin aja sesuatu yang paling dahsyat enaknya, Elas pasti ketagihan deh !”

“Elas mau diapain Aa ?”

“Ssst…. Rasain yah”, sambil ku belai-belai rambutnya

Tanpa panjang kata lagi……

Ku jilati saja puting yang masih sebesar kacang hijau itu….!!!

Tubuhnya menggelinjing. Ku mainkan ujung lidahku dengan lembut di atas putingnya. Elas mendesis seperti ular : “sssssstttt…. Eeeeeehhhh… Euuuuhh !”

“Enak kan, Euiiiiis ?” Tanyaku

Elas diam saja. Matanya tetap terpejam kuat-kuat. Mulailah Ku jilati seputar payudaranya, kemudian turun ke bagian perutnya. Di pusarnya ku mainkan lidahku agak lama. Sambil tanganku meremas-remas payudaranya.

Mulutku kini naik ke bagian lehernya. Dia tampak keenakan ku hisap-hisap tiap lekuk lehernya. Kembali ku hisap setiap sudut bagian sensitif di dadanya. Ku sedot di pangkal payudaranya sampai meninggalkan tanda merah.

Ya.. Aku sengaja mencupangnya sampe ada 4 tanda. Kulitnya kuning langsat nan bersih. Aku jelajahi setiap lekuk-lekuk tubuhnya dengan kecupan dan sedotan-sedotan lembut. Ku jilat dan ku hisap juga ketiaknya pelan-pelan sekali. Aku coba mengayati kenikmatan tiada tara ini.

Akhirnya ku cium bibirnya. Dia menolak tak mau. Aku terus berusaha. Aku rangsang kembali di putingnya agak lama. akhirnya.. Elas pasrah menyerahkan mulutnya. Ku sedot dengan penuh penghayatan bibirnya.

Kuminta Elas mengeluarkan lidahnya. Tanpa ragu ku kecup dan ku hisap lembut lidah gadis 17 tahun itu. Aku sudah lupa kalau Elas adalah adik kandung istriku. Elas mulai lancar belajar berciuman denganku. Kuminta Elas menyedot lidahku. Hanya dalam tempo beberapa menit Elas makin pandai beradu sedot. Ludahnya tidak berbau sama sekali.

Pelan pelan jariku sudah mulai meraba bagian bawah selangkangan. Tapi dia selalu saja menepisnya.
Aku sudah tak kuat lagi. Lalu ku buka celanaku. Elas seperti ketakutan. “Ngapain Aa ?, jangan !, Elas takut !”.

“Gak apa-apa Elas. Aa gak akan merawanin kamu. Sungguh. Ayo pegang punya Aa aja !”.

“Jangan Aa !, Elas takut !”.

“Sumpah Aa gak bakalan merawanin Elas, Aa mau minta tolong di pijetin barang Aa. Pake minyak pijat !”
Elas seperti mau nangis. Akhirnya dengan merayu dan sedikit paksaan, tangan Elas mulai berani memegang.

Awalnya takut-takut. Lalu kuminta Elas untuk memijat alat vitalku. Aku ajari mengocok dengan istilah memijat.

“Ya gitu Elas… Aa cuma mau Elas giniin Aa aja kok, Aa juga takut merawanin Elas. Kalo Elas hamil nanti gimana !”. Kataku.

Makin lama Elas makin tenang. Sehingga makin lancar mengelus-elus alat vitalku. Lalu aku ajari cara mengocok alat vitalku. Sambil berciuman, aku terus mengurut payudara Elas dengan lembutnya.
Tapi aku merasa kocokan Elas belum pas dan tidak enak. Aku coba dengan berbagai posisi tangan Elas. Tetap saja tidak enak.

Lalu Aku minta dia nantinya tidur tengkurap saja. Buka celana jeans tapi tidak membuka celana dalam. Aku jelaskan caraku onani di pantat kakaknya. Cukup lama aku merayunya, akhirnya dia setuju.

Sebelum tidur tengkurap. Aku ciumi lehernya dari belakang. Lalu sesekali sambil menghisap lidah. Tanganku memijat payudaranya dari belakang.

Aku sudah tak kuat lagi. Kini Ku minta dia tidur tengkurap saja.

“Maaf Elas, Aa mau onani di pantat Elas aja ya. Elas buka celana jeeans Elas tapi gak usah buka celana dalam. Aa pijam belahan pantat Elas aja. Aa gak bakalan sodomi !.”.

Lalu ritual kelainan seks-ku dimulai. Ku jilati pantat Elas. Lalu akhirnya ku tindih pantat yang masih sekel itu. Aku tempelkan penisku di belahan pantatnya. Aku genjot pantatnya. Ku peluk tubuh Elas sambil tanganku meremas payudaranya dari belakang. Hampir di ujung puncak orgasme, ku tingkatkan frekwensi genjotan. Dan :

“croooot… Crooot… Crooot… !” Keluar air cintaku banyak sekali membanjiri bagian atas pantat adik iparku.

Dia kaget sekali. merasa aneh dengan cairan yang baru pertama kali dilihatnya. Ku lihat matanya memerah. Ya… Elas menangis, meski tangis tak bersuara !. Mungkin dia menyesal melakukannya, apalagi menghianati kakaknya, pikirku. Akupun merasa menyesal juga saat itu. Kenapa sampai bisa aku berbuat begitu hina kepada adik iparku sendiri.

Tapi namanya nafsu memang sangat sulit terbendung. Memang benar, perang terbesar di dunia adalah perang melawan hawa nafsu. Dan aku kalah.

Setelah kejadian itu aku tak pernah pijat lagi. Dan Elas tidak mau.

Sampai di tiga bulan kemudian, aku diminta tolong oleh istriku mengantar uang ke rumah mertua di sukabumi dengan di temani Elas berdua saja. Entah setan apa kok tiba-tiba kami sudah berciuman di mobil. Tak terduga sama sekali. Perang melawan nafsu tak terkendali lagi, aku lagi-lagi kalah. aku sempatkan mampir ke sebuah hotel di perjalanan. Kami ulangi lagi peristiwa yg sama, meski hanya check in 3 jam saja.

Sejak peristiwa itu, kami sering bercinta tanpa melakukan coitus. Paling penisku di peting, di kocok, di jepitkan ke pantat, di jepit ke payudara, bahkan di oral. Akupun sering meng-oral Elas karena dia sukanya memang di oral.

Elas masih tetap perawan. Elas sudah kuliah di salah satu perguruan tinggi atas biayaku. Dia belum mau pacaran dengan orang lain meski banyak yang mau. Elas juga jadi ketagihan untuk menikmati seks denganku, sering tiba-tiba dia meneleponku untuk mengajak “istirahat” di hotel. Apalagi kalau bukan minta dilayani kebutuhan seks-nya dengan cara masturbasi.

Ada banyak pria keren yang datang ke rumahku untuk mendekati Elas, aku sering cemburu. Kalau sudah begitu nafsuku suka naik, Biasanya aku lampiaskan dengan mengajak check in dia di hotel esoknya.Untunglah aku masih bisa menahan diri untuk tidak memperawani nya.Tapi entah sampai kapan.

Cerita sex sahabat, foto hot terbaru, foto hot Jilbab terbaru, foto hot tante terbaru, foto sex mahasiswi, cerita sex terbaru, cerita sex three some, Cerita Sex Perawan, cerita sex pembantu nakal, cerita sex ngentot, cerita sex ABG, cerita sex Jilbab, kumpulan cerita sex perkosaan, cerita sex Janda, cerita sex Guru, cerita sex Lesbi, cerita sex Hamil, cerita sex pembantu, cerita sex Pelajar, cerita sex setengah baya, cerita sex dosen, cerita sex SMP, cerita sex pramugari, cerita sex Bertukar pasangan, Cerita Sex Suster Sange, Cerita Sex Pacar Sange, Cerita Sex Pasangan Gay

Suka Cerita Sex Jangan Sampai Tau

  • Uploaded by: Unknown
  • Views:
  • Share

    0 comments:

    Post a Comment

     
    Copyright © Words for Love | Distributed By Blogger Themes
    Blogger Templates Wallpapers Hack Wfi