Friday 29 September 2017

Web Khusus Dewasa Yang Berisakan Cerita Sex Hot Terbaru, Mesum, ABG, Ngentot, Tante, Janda, Sedarah, Mahasiswi, Selingkuh, Horny, Memek Perawan 18+. Aku bekerja sebagai karyawan swasta, dan istriku hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa. Kehidupan kami biasa saja, bahkan terlalu biasa.

Suka Cerita Sex Tangan Naik Turun

cerita sex ngentot, cerita ngentot terbaru, cerita orang ngentot, kumpulan cerita ngentot, ngentot cerita, cerita hot ngentot, cerita nyata ngentot, koleksi cerita ngentot, cerita ngentot baru, kumpulan cerita ngentot terbaru

Awal perkenalan kami adalah ketika kami berdua sama-sama tersesat dalam perjalanan wisata ke Yogjakarta. Dan dari situ, aku merasakan indahnya jatuh cinta kepada calon istriku di pandangan pertama.

Karena tak beberapa lama setelah pertemua kami, aku langsung melamar dan menikahinya.
Bagiku, Dian adalah sosok wanita yang sangat cantik. Wajahnya bulat, berambut hitam lurus sepundak, berkulit putih, berkaki panjang dan yang paling membuatku semakin jatuh cinta adalah, senyum dan tatapan matanya, yang mampu membuat dunia seolah berhenti berputar.

Aku pikir, perbedaan usia kami bukanlah sebuah kendala. Sehingga ketika ia berulang tahun ke 18 tahun, sebuah pernikahan sederhana langsung aku persembahkan padanya.

“Kita pasti bisa menghadiri acara si Ratu khan mas…?” Tanya Dian dengan senyum andalannya.

Tanpa menjawab pertanyaannya, aku hanya mengangguk sambil membalas senyum istriku.

“Kamu memang suami adek yang paling pengertian…” girang istriku.

Dengan nada yang masih antusias karena kegiranganan, Dian langsung kembali meneruskan acara telephonnya dengan kakaknya.

“Selama kamu senang, aku pun bisa senang dek…” ucapku dalam hati.

Andai saja aku bisa meramalkan kejadian beberapa waktu kedepan, aku pasti tak akan mengijinkan istriku pergi ke acara pernikahan itu. Karena semenjak acara pernikahan itu, semua kisah cinta dan pernikahan kami berubah 180 derajat.

Hari H pun telah mendekat. Beberapa hari lagi, pernikahan yang semua akomodasi, penginapan dan konsumsi sudah dipersiapkan oleh keluarga Ratu dan Putra, akan segera dilaksanakan. Dari kotaku berada, kami berangkat berempat.

Aku, istriku, Dwita (kakak iparku), dan Billy (anak Dwita), naik pesawat paling pagi menuju Semarang. Sengaja kami tak mengajak kedua anak kami, karena kami pikir, perjalanan kami ke Semarang cukup jauh, mau tak mau kedua buah hatiku aku titipkannya ke kerabat terdekat.

Sebenarnya, aku dan Dwita sangatlah jarang bertemu, sehingga untuk mengakrabkan diri, istriku memintaku untuk bertukar tempat duduk dengan kakaknya. Aku duduk bersebelahan dengan Dwita, sedangkhan Dian duduk bersebelahan dengan Billy.

“Okelah… untuk sementara ini aku agak menjauh dari istriku…. Toh hanya beberapa hari ini saja…” batinku, sambil mulai membuka percakapan dengan Dwita.

Selama perjalanan, perbincanganku dengan Dwita berjalan cukup seru. Dwita orangnya cukup santai dan pandai suka bercanda. Sifat mudah bergaul itu menurun kepada Billy, anaknya. Karena dari sepenglihatanku, tak henti-hentinya istriku tertawa akan semua cerita yang dibawakan keponakannya itu.

Pada awalnya, aku sama sekali tak memperhatikan percakapan antara istriku dan keponakannya, karena pada saat yang bersamaan, aku juga sedang seru bercakap-cakap dengan Dwita.

Namun ketika Dwita sudah mulai mengantuk dan pada akhirnya tertidur, aku baru sadar jika percakapan istriku dengan kekeponakannya agak sedikit ‘menjurus’ ke hal-hal berbau mesum.

Mereka sepertinya sudah terbiasa membicarakan ke-mesum-an diantara mereka, karena dari gaya bicaranya, mereka terlihat begitu santai dan akrab. Mungkin karena mereka sudah berteman baik sejak kami menikah dan Billy hanyalah seorang anak kecil yang baru menginjak remaja, aku jadi mulai menganggapnya lumrah.

Waktu itu, Billy masih berusia sekitar 15 tahun, bertubuh tinggi kurusa namun maskulin dan energik. Berkulit gelap dan memiliki wajah mirip Dwita, tidak termasuk ganteng memang. Sehingga perlahan, api cemburu mulai menyala di dalam dadaku ketika mengawasi gerak-gerik mereka.

Tak beberapa lama, kami tiba di Semarang dengan selamat. Turun dari pesawat, kami langsung menuju ke hotel sembari menyiapkan diri untuk menghadiri acara pernikahan yang akan diadakan di sore harinya. Acara pernikahan Ratu dan putra pun berjalan dengan lancar, tak ada kendala sedikitpun.

Di penghujung acara, sebelum para undangan akan berpamitan, ada sebuah permintaan dari kedua orang tua mempelai yang meminta kami semua supaya menghadiri acara informal keesokan paginya. Acara informal yang memiliki agenda untuk saling mengenal kedua keluarga secara lebih dekat.

Dan karena acaranya tak formal dan berlokasi di dekat pantai, kami diminta untuk mengenakan pakaian sesantai mungkin. Keesokan harinya, acara informal itupun berlangsung dengan tak kalah meriahnya dengan acara pernikahan.

Ada berbagai macam acara, mulai dari acara sambutan pagi, acara makan-makan, acara karaoke, hingga acara permainan yang harus dimainkan oleh semua orang, termasuk aku dan istriku. Pagi itu, Dian terlihat begitu cantik dalam tanktop dan celana jeans pendeknya. Dengan tinggi 165 cm, payudara 36C yang menggantung di depan dadanya terlihat begitu menggoda.

Selalu bergoyang kesana kemari setiap ia bergerak. Ditambah lagi dengan sinaran panas matahari yang menerpa kulit putihnya, membuat payudara itu terlihat begitu ranum. Putih dengan rona merah. Satu lagi yang aku banggakan dari sosok istriku adalah, keahliannya dalam menggoda setiap lelaki.

Memamerkan perut ramping tanpa lemak dan pantat bulat yang hanya dibungkus dengan celana jeans pendeknya, membuat hampir semua orang tak ada yang percaya jika Dian telah menikah dan memiliki 2 orang anak. Tak beberapa lama, acara permainan pun dimulai.

Untuk membuat semua hadirin yang hadir dalam acara informal itu dapat ikut serta dalam permainan, presenter dengan pintarnya membagi kami dalam beberapa kelompok. Tiba-tiba aku sadar, jika mayoritas undangan yang datang untuk mengikuti permainan berusia cukup muda, dan entah kenapa, aku mendadak merasa sudah terlalu tua untuk mengikuti semua permainan yang akan dilakukan. Aku lebih memilih duduk di sudut taman, dan melihat mereka ketika melakukan permainan-permainan tersebut.

Kami dan para undangan lainnya saling tertawa melihat permainan yang mulai berjalan. Hingga pada sebuah kesempatan, ada giliran satu permainan yang mengharuskan aku dan istriku untuk maju ke tengah. Namun karena malu, aku hanya bisa menolak dan tersenyum sambil berdada-dada ria.

“Ayo Rud… maju…. Ini hanya permainan…” teriak beberapa undangan.

Berbeda denganku, Dian terlihat begitu antusias untuk bisa tampil. Dia berulang kali menarik-narik lenganku untuk mengajakku ketengah hadirin. Tapi, karena aku bersikeras menolak dan lebih memilih untuk ingin melewatkan kesempatan ikut permainan itu, akhirnya Dian pun menyerah.

“Supaya adil, apakah pak Lisin mempersilakan ibu Dian supaya bisa bermain game dengan orang lain?

“ Tanya sang presenter tiba-tiba.

“Hmmm… boleh deh….” Jawabku singkat, saat itu aku hanya ingin acara permainan ini cepat-cepat selesai dan kami bisa segera kembali ke hotel.

“Pak Lisin yakin…?” Tanya presenter itu lagi “Game ini bakal melibatkan beberapa adegan gosok menggosok kulit loohh… hehehe” tambahnya lagi, seolah-olah menantang saya untuk berpartisipasi.

Tapi aku tetap pada pendirian awalku. “Iya… bolehlah… “ jawabku lagi.

“Okelah kalo begitu… untuk mempersingkat waktu… Ibu Dian mau memilih untuk berpartner dengan siapa…? tanya sang presenter sambil menyodorkan mic kearah Dian.

“Billy…. “ jawab singkat istriku.

“Oke Billy…. Lelaki yang sangat beruntung, ayo segera maju….” Tutup sang presenter sambil kembali meneruskan acara permainan itu.

Tiga permainan akan dimainkan. Yang pertama adalah permainan memindahkan buah apel yang hanya boleh dibawa dengan cara meletakkannya diantara dahi peserta lomba. Ada sedikit perasaan aneh ketika melihat Dian dan Billy waktu menyelesaikan permainan.

Mereka begitu menikmatinya. Terlebih Karena permainan ini mengharuskan kedua wajah peserta saling berdekatan, sehingga jika dilihat dari jauh, wajah istriku dan Billy terlihat seperti sedang berciuman.

Namun karena pasangan istriku dan beberapa belas pasangan lainnya berhasil, dan masuk ke dalam nominasi permainan berikutnya, aku dapat meredam rasa aneh itu.

Lomba kedua adalah lomba gendong pasangan sambil menyelesaikan beberapamacam perintah, seperti jogged, berlari, ataupun mengambil sebuah barang yang disangkutkan diatas ranting pohon. Untuk lomba kali ini, rasa aneh yang ada di dalam dadaku, mulai berubah menjadi api cemburu. Karena dalam permainan ini, Billy harus menggendong istriku diatas pundaknya.

Sehingga memek istriku berada di tengkuk Billy, payudara besar istriku juga tak jarang bersandar di kepala belakang Billy. Dan lagi, beberapa kali aku melihat tangan Billy meraba-raba dan pantat istriku guna menjaga keseimbangan.

Tapi karena aku lihat konteksnya hanyalah sebatas sebuah permainan, aku bisa menerimanya. Dan sekarang tiba di lomba ketiga. Lomba dimana Dian dan tiga pasangan lain berhasil masuk nominasi finalis. Lomba ketiga adalah lomba terakhir guna menentukan pemenang.

Sang presenter sedikit menjelaskan beberapa aturan permainan, dan juga menjelaskan jika itu adalah lomba yang sedikit ‘berani’ dan banyak adegan mesumnya.

“Iya… tidak apa-apa….” jawabku singkat sambil tersenyum, ketika presenter itu kembali bertanya apakah aku merpersilakan istriku bermain dengan lelaki lain.

“Lomba ketiga adalah lomba memindahkan koin dari dahi peserta wanita kearah pusar…” ujar sang presenter.

“Ah… itu mah lomba yang mudah…” batinku dalam hati sambil mengambil nafas lega.

“Cuman… cara memindahkannya bukan dengan tangan” tambah sang presenter “Melainkan dengan…… lidah”

“Wow wow wow… ini benar-benar lomba yang mesum…” Pikirku. Tapi aku tak bisa berbuat apa-apa lagi, karena selain aku sudah mengiyakan permintaan presenter, aku juga malu jika harus merusak mood Dian yang sebentar lagi bisa saja menang.

“Pemenang lomba ini adalah makan malam Billantic dan sebuah iphone untuk masing-masing peserta…” teriak sang presenter sambil diikuti teriakan seru para penonton.

4 buah meja, diletakkan berdekatan diantara para peserta. Dan para peserta wanita diminta untuk tidur terletang. Sebuah koin kecil, diberikan panitia kepada peserta pria supaya diletakkan pada dahi pasangan wanitanya. Bagiku, itu adalah lomba yang sangat seksi.

Terlebih melihat tubuh istriku yang pagi itu hanya terbalut dalam tanktop tipis dan celana pendek, semakin membuat perlombaan terakhir ini terasa makin menggairahkan. Saking menggairahkannya, aku bisa melihat jika benda yang ada di selangkangan Billy telah membesar sejak awal perlombaan.

“Yaaak… siaaappp… mulai….” Aba-aba sang presenter memulai permainan.

Pertandingan pun dimulai, dan Billy perlahan mendorong koin dengan lidahnya. Alih-alih merasa malu, Dian hanya bisa tertawa-tawa geli karena sekilas, Billy terlihat seperti sedang menjilat-jilati wajah dan leher Dian. Melihat tingkah mereka, aku benar-benar merasa cemburu.

Apalagi ketika koin itu telah bergulir ke arah dada istriku dan masuk ke belahan dadanya. Dian yang merasa kegelian hanya bisa tertawa-tawa kecil sambil sedikit melenguh seolah merasakan keenakan ketika menerima jilatan lidah basah kekeponakannya itu.

Sejenak, Billy menghentikan jilatan pada payudara istriku dan menatapku tajam, seolah bertanya apakah ia bisa melanjutkan.

“Ayo Bill… terusin jilatinnya… dorong terus… kita pasti menang.. hihihi… ” ucap Dian membuyarkan tatapan tajam kami berdua.

Tidak ingin terdengar seperti orang tua yang tersiram api cemburu, sehingga aku menganggukkan kepalaku, mengijinkan Billy meneruskan jilatannya pada payudara istriku. Melihat persetujuanku, lidah Billy langsung bermanuver lincah pada belahan dada istriku. Itu adalah pemandangan yang sangat seksi, pemandangan yang membuatku sangat cemburu dan terangsang.

Apalagi ketika aku juga menyadari jika selain tonjolan benda yang ada di selangkangan Billy semakin membesar, putting payudara istriku juga tinggi menyembul, terlihat begitu nyata menembus kain tipis tanktopnya.

Dian hanya bisa cekikikan sambil berusaha mencoba menahan sensasi geli dari lidah Billy yang berkeliaran di sekujur kulit payudaranya. Hingga pada akhirnya, Billy berhasil menempatkan koin itu ke dalam lubang pusar Dian sehingga mereka ditetapkan menjadi juara perlombaan di pagi hari itu.

Acara makan malam Billantis buat pemenang game tadi pagi, terasa begitu mewah. Kami disuguhi dengan berbagai macam makanan, minuman, dan snack. Setelah makan malam, kami berdua langsung dipijat, sauna, lalu mandi.

Hinga pada akhirnya, setelah semua sajian hadiah pemenang telah semua kami nikmati, kami kembali ke kamar dan bersiap untuk tidur. Intinya, malam itu kami benar-benar terpuaskan oleh sajian hotel.

Setibanya di dalam kamar, kami langsung bersantai di ruang TV. Aku akui jika seharian itu aku benar-benar horny dan anehnya, akupun bisa merasakan istriku horny juga. Kami mulai minum bir, Dian tidak minum tetapi ia mengambil setengah gelas dan segera menenggaknya habis.

“Sayang aku sange banget… ngewe yuk…” pintaku sambil berbisik lirih di telingan Dian.

Dian tak menjawab permintaanku, dia hanya bisa tertawa kecil sambil memegang dan mengurut selangkanganku yang sudah menegang dari luar celana pendekku. Aku kecup bibir tipisnya, mencoba menyalurkan nafsuku yang sudah menggebu pada dirinya. Kuraba payudara dengan putingnya yang sudah membesar, dan kuremas perlahan.

“Aku pengen nidurin kamu sampe pagi dek…” ucapku lagi.

“Aku juga mas… pengen ngerasain sodokan tititmu….” Jawab Dian.

“Kamu udah bener-bener basah dek… pasti kamu sange banget ya…?”

“Hhmmmpppghghhh…” desah Dian mengiyakan.

“Nafsu menggebuku pasti bisa terlampiaskan malam ini….” Ucapku lirih sambil perlahan mulai melucuti jubah mandi Dian.

Namun, ditengah pendakian kami berdua, tiba-tiba…TOK TOK TOK ! terdengar suara ketukan dari pintu kamar hotel.

“Tante Dii…. Tantee….” Itu suara Billy.

“Sialan… ngapain lagi sih bocah itu… mengganggu saja….” Umpatku

“Bukain aja dulu mas… siapa tahu ada yang penting… ntar khan ngewenya bisa kita lanjutin lagi…” redam istriku sambil merapikan jubah mandinya.

Ternyata tujuan Billy mengganggu acara malam kami hanyalah dikarenakan ingin berpamitan. Pesawat yang mereka tumpangi, memiliki jadwal yang agak berbeda dengan jadwal kami, sehingga ia ingin mengucapkan selamat tinggal dan sedikit berbasa-basi.

“Masuk aja Bill… Tante Di ada di kamar mandi…” ujarku sambil mempersilakan bocah 15 tahun ini masuk.

Dan setelah Billy masuk ke kamar, aku langsung menuju ke sudut kamar dan menonton TV yang ada di ujung kaki tempat tidur. Aku duduk di kursi sofa yang ada samping tempat tidur dan Billy hanya duduk beberapa meter dari tempatku duduk.

Di ujung tempat tidur, menghadap tepat ke arah TV. Tak beberapa lama, Dian keluar dari kamar mandi dan ikut duduk disamping Billy, nimbrung bersama.

Sambil menonton TV. kami mulai berbicara tentang apa saja. Pada awalnya, pembicaraan kami terasa agak canggung, oleh karena itu, aku iseng menawarkan bir untuk memperhangat suasana.

“Nggak Om… ntar mami Billy tau… “

“Udah… sedikit aja Bill… udah gedhe ini… “ candaku.

“Sedikit aja kali ya…” ucapnya singkat sambil mengambil gelas gelas bir yang aku sodorkan padanya.

Tiba-tiba, ketika sedang melihat Billy dan istriku bercakap-cakap dari belakang, aku teringat akan kejadian tadi pagi dimana mereka lomba. Kejadian dimana selangkangan Billy membesar dan putting istriku mencuat. Aku yakin, jika pasti ada sesuatu yang terjadi antara istri dan kekeponakanku ini.

“Hooaaahmmm….Cuaca hari ini membikin ngantuk ya…?” ujarku dari belakang Billy dan istriku duduk.

“Iya nih om… Sedikit bikin ngantuk…” Ucap Billy yang sedikit menengok ke arahku.

“Trus..trus.. gimana lanjutannya Bill…?” Tanya istriku lagi.

“Iya Tan… Jadi setelah itu…bla la bla…..” lanjut Billy dan

“Sialan…“ Ternyata mereka sudah sama sekali tak menggubris keberadaannku.

Hingga pada akhirnya, setelah 20-30 menit pembicaraan yang (bagiku) sangat membosankan, aku putuskan untuk hanya mengawasi gerak-gerik mereka dengan cara berpura-pura ketiduran. Walau aku hanya melihat kedua manusia berlawanan jenis ini dari arah punggung mereka, aku tahu jika situasi di kamar ini terasa agak aneh, terlebih aku merasa agak terangsang ketika mengawasi gerak tubuh mereka.Berulang kali, Billy melirik ke arahku yang berada jauh di belakang tempatnya duduk.

Dan beberapa kali juga ia mengawasiku dari dekat, memastikan jika waktu itu aku sudah benar-benar tertidur pulas di sofa. Alunan musik yang lembut, ditambah sepoi angin yang masuk ke dalam kamar kamar hotel, membuat suasana semakin mesra.

Dan entah darimana, kami tiba-tiba sadar jika suasana diantara kami bertiga mulai memanas. Tiba-tiba Billy bertanya kepada Dian mengenai hal yang sama sekali tak pernah aku bayangkan.

“Tante Di… apa boleh Billy mencium bibir tante…?” tanya remaja 15 tahun ini dengan malu-malu.

Butuh beberapa waktu bagi Dian untuk merespon pertanyaan Billy, tapi pada akhirnya ia mengangguk dan hanya berdiam diri. Pada awalnya, Dian tidak menanggapi permintaan aneh kekeponakannya ini.Istriku memilih untuk berdiam diri ketika menerima ciuman-ciuman keponakannya.

Tapi, lama kelamaan, seolah ikut terbawa suasana horny, istriku mulai membalas ciuman dan kecupan Billy. Selama beberapa menit, mereka terlihat saling balas ciuman mesra. Saling jilat dan kulum, seolah mereka adalah sepasang pengantin baru yang sedang dilanda api asmara.

Menerima balasan yang positif dari istriku, Billy pun mulai melancarkan rayuan-rayuan mautnya.

“Kamu cantik Tante…”

“Tubuh tante wangi sekali…”

“Pasti Om Lisin beruntung banget bisa menikahi tante… “

“Andai saja tante belum menikah, Billy bersedia kok menikahi tante…”

Mendengar puji dan rayuan Billy, keponakannya, istriku sepertinya semakin bernafsu. Karena dari sofa tempatku berpura-pura tidur, aku bisa melihat gerak-gerik tubuhnya ketika sedang horny. Berulang kali, jemari lentik istriku membelai rambut, wajah dan lengan Billy.

“Tante Di… apa boleh Billy memegang tetek tante…?”

Mendengar pertanyaan keponakannya, istriku langsung menghentikan ciuman mesranya dan buru-buru menengok tajam ke arahku. Dan setelah beberapa saat, begitu mengetahui jika waktu itu aku masih dalam kondisi tertidur lelap, istriku mengangguk.

Ia mengijinkan keponakannya itu untuk memegang payudaranya. Ini GILA. Mereka sudah benar-benar gila. Mereka melakukan perbuatan mesum tepat di depan diriku berada. Tubuhku tiba-tiba bergetar. Aku harusnya marah pada kekeponakanku yang telah menggoda istri orang. Aku harusnya murka kepada istriku yang telah membiarkan lelaki lain meraba tubuhnya.

Namun, entah kenapa, melihat perbuatan mesum mereka saat itu, aku hanya diam saja dan menantikan apa yang akan terjadi selanjutnya. Seiring dengan perbuatan cabul mereka, timbul perasaan aneh, antara gairah, nafsu, canggung dan cemburu.

“Sepertinya mereka tak akan berhenti sampai disini…” ucapku dalam hati.

Dan benar saja, tak lama kemudian, Billy kembali bertanya pada istriku.

“Tante Di… boleh nggak kalo Billy pengen melihat tubuh indah tante…” tanyanya polos sambil terus mencium bibir dan meraba-raba payudara montok istriku dari luar jubah tidurnya.

Mungkin karena istriku sudah terlalu horny, ia tak lagi melihat ke arahku. Karena begitu Billy selesai bertanya, ia langsung berdiri dari posisi duduknya, melepas jubah mandinya dan membiarkan jatuh ke lantai. Melihat perbuatan mereka, aku yang pura-pura tertidur di kursi santai, hanya bisa melenguh sambil menarik nafas panjang.

“Mereka pasti sudah kesetanan…” batinku.

“Biar adil… kamu juga bugil donk Bill… Tante pengen lihat gimana bentuk tititmu…” pinta istriku, sambil usapan tangannya ke kepala Billy.

“Titit? Titit tuh apaan ya tan…?”

“Titit… burung kamu….”

“HAHAHAHA…. maksud tante penis…? Titit mah punya anak kecil tan….”

“I…iya… maksud tante juga itu… Tante kepingin lihat penismu…”

Mendengar permintaan istriku, Billy seolah mendapatkan semangat baru. Dengan cepat, ia buru-buru melepas kaos gombrong dan celana pendeknya.

Dan. Setelah Billy melepas semua pakaiannya, aku baru menyadari jika ada sesuatu yang janggal pada tubuh remaja 15 tahun ini. Billy memiliki sebuah organ yang bisa membuat iri para pria.

Billy memiliki sebuah benda yang bisa membuat wanita berteriak-teriak keenakan. Billy memiliki sesuatu yang bisa membuatnya melumpuhkan banyak wanita. Yup. Billy memiliki ukuran penis yang benar-benar panjang dan besar.

“Wooow…” pekik Dian ketika ia tahu barang yang sudah mengacung tegak di antara selangkangan kekeponakannya.

“Woow kenapa tante..?” Tanya Billy sok heran.

“Titit kamu besar sekali Bill….”

“Titit…?”

“Eh iya.. penis kamu besar banget…”

“Ahh… biasa aja kok tante… penis om Lisin pasti jauh lebih besar lagi…” ucap Billy malu-malu.

Sekarang, mereka berdua telanjang di hadapanku. Istri dan kekeponakanku telah tenggelam dalam lautan nafsu. Lautan nafsu yang membutakan mata mereka, jika di dalam ruangan itu, masih ada aku sebagai suami dan om. Lautan nafsu yang sama sekali tak akan bisa dibendung lagi untuk mengguyur pantai kenikmatan yang akan segera mereka capai bersama.

“Aku pengen jilat putting tante…” bisik Billy pelan.

“Hooouuughh…” racau Dian.

Mendengar jawaban tantenya yang sudah tak lagi konsen, Billy memberanikan diri untuk membelai payudara Dian dengan kedua tangan dan dengan perlahan, ia mulai mengangkat gumpalan daging yang menjuntai indah serta mengisap payudara lezat tantenya secara bergantian.

“Oouughhh…. Pelan-pelan Bill…” desah istriku keenakan.

Sepertinya, istriku sudah sangat terangsang. Karena walau dari kejauhan, aku bisa melihat puting coklat kemerahannya yang mulai menegak.

“Tetek tante besar banget…” puji Billy sambil terus menyeruput putting Dian yang semakin mengeras.

“Oouuhh… Ssshhh…” desah istriku lagi sambil mulai menggapai-gapai penis kekeponakannya yang sudah mengacung tinggi.

Mereka pun sepertinya telah melupakan diriku yang masih berada di dalam kamar ini. mereka seolah sudah tak peduli akan nafsu yang sudah meninggi.

“Oouugghh Billm… enak banget…” desah istriku setiap kali kekeponakannya menjilat dan mengulum putting coklat mudanya.

“Tante… aku pengen njilat memek Tante… “ bisik Billy.

“Aku juga pengen ngejilatin penismu Bill…” balas Dian yang kemudian langsung mendekatkan wajahnya kearah selangkangan kekeponakannya

Dengan jemari lentiknya, Dian berusaha menggenggam batang penis Billy. Namun sekeras apapun usahanya, ujung-ujung jemarinya tak mampu saling bersentuhan.

Seperti menggenggam botol air mineral, jemari lentik istriku tak mampu melingkarkan secara sempurna jemari tangannya ke batang tebal keponakannya itu. Digerakkannya jemari tangannya itu naik turun, sambil sesekali istriku menjilat kepala penisnya.

“Shhh….Enak banget tante…” Billy meracau tak jelas.

Penis remaja 15 tahun itu terlihat begitu menyeramkan. Dengan ukuran yang kurang lazim untuk anak-anak seusianya, penis itu seolah akan tak muat untuk masuk ke dalam mulut istriku. Karena setiap kali istriku berusaha mengulum seluruh batang penisnya ke dalam mulutnya, hanya ujung penisnya sajalah yang bisa masuk. Aku iri. Aku benar-benar iri.

Aku iri dengan apa yang pemuda ini dapatkan dari kenikmatan mulut istriku. Aku yang sudah menikahi istriku selama 5 tahun saja belum pernah merasakan sekalipun nikmatnya oral seks bersamanya. Sedangkan dia, hanyalah seorang keponakan, bukan pacar atau teman bermain, sudah bisa merasakan hisapan kuat mulut istriku.

“Aku sudah nggak tahan Bill… entotin tante Bill… entotin tante sekarang…” pinta istriku yang kemudian beranjak dari posisi jongkoknya dan meminta Billy untuk merebahkan badannya.

“Aku pengen menaiki penis panjangmu sayang…”

Segera saja, Billy merebahkan badannya. Dan disusul istriku yang kemudian merayap naik keatas tubuh keponakannya. Namun, entah disengaja atau tidak, ada sedikit hal janggal yang dilakukan istriku ketika ia merangkak naik dan memposisikan batang penis Billy di selangkangannya.

Ketika batang penis keponakannya itu sudah menyentuh kulit memeknya, istriku, dengan kedua mata bulatnya yang sudah sangat bernafsu menatap tajam ke arahku.

“Apakah Dian tahu jika selama ini aku mengawasi gerak-gerik mereka…?” tanyaku dalam hati.

Istriku sepertinya sengaja memilih posisi bercintanya dengan arah yang menghadap tepat ke arahku. Sehingga, walau dalam kondisi cahaya kamar yang temaram, aku dapat dengan jelas melihat raut muka hornynya secara langsung. Wajahnya berwarna kemerahan, dengan putting payudara yang sudah sangat tinggi mengacung.

Melihat adegan-adegan erotis yang dilakukan istriku, mau tak mau batang penisku yang masih dalam balutan jubah mandi ini, ikut mengacung tinggi. Dan seolah sadar akan apa yang dialami oleh suaminya, tiba-tiba istriku menaikkan ujung-ujung bibirnya.

Ia tersenyum dan menganggukkan kepalanya, seolah meminta ijin kepadaku agar dapat menikmati batang penis keponakannya itu. Dan seperti anak kecil yang terlena ketika melihat film kegemarannya, aku seperti terhipnotis olehnya. Aku anggukkan kepalaku dan membiarkan istriku mulai merasakan kenikmatan bercinta dengan orang lain.

Kembali, setelah melihat respon positif dariku, ia menegakkannya batang penis panjang keponakannya itu tepat ke arah lubang memeknya, dan perlahan-lahan, istriku mulai jongkok dan menurunkan pinggulnya. CLEEPP

“Ooouuuuggghhh….” desis istriku ketika kepala penis Billy mulai membelah dan memasuki liang senggama miliknya.

“Tante Di… memek tante sempit bangeeet….”

“Bukan sempit Bill… penis kamu yang terlalu besar…” racau istriku sambil terus menjatuhkan seluruh tubuhnya pada batang penis Billy yang mengacung tegak.

Sepertinya istriku sudah terlalu horny, karena aku benar-benar hafal jika ia ingin bercinta dengan posisi woman on top, itu tandanya ia sudah tak mampu lagi menahan hasratnya untuk segera mendapatkan orgasmenya.

Sekilas, dari apa yang dilakukan istriku, aku merasa dia mengalami kesulitan ketika mencoba memaksakan penis besar keponakannya itu untuk bisa masuk ke dalam memek mungilnya. Karena batang penis Billy yang berukuran ekstra itu terlihat membengkok setiap kali memek istriku mencoba menekan masuk danmelahapnya.

Dan setelah istriku beberapa kali mencoba menaik-turunkan pinggulnya, gerakan persenggamaan mereka mulai lancar.

“Ooouuugggghhh….” Desahan demi desahan mulai memenuhi kamar tidur kami. “SSsshhh…..”

“CPAK… CPAK… CPAK… “ Suara tumbukan daging pantat dan paha juga mulai berisik mengisi heningnya malam.

Istriku dan keponakannya pasti sudah tenggelam dalam kenikmatan perzinahannya yang menggebu-gebu. Istriku dan keponakannya seolah merasa, jika malam itu adalah malam terakhir untuk dapat melakukan percintaan mereka. Istriku dan keponakannya seolah lupa, jika di dalam kamar itu masih ada aku yang mengawasi semua gerak-gerik mereka.

Billy yang dalam posisi telentang, dengan leluasa menggapai payudara besar istriku yang berlompatan kesana kemari setiap kali pinggulnya naik turun. Selangkangan istrikupun terlihat begitu mengkilat akibat lendir birahinya yang banyak membanjir.

“Tante keluar Bill… tante pengen keluar….” Teriak istriku yang tiba-tiba membenamkan kuku-kuku panjangnya pada dada Billy dengan brutal.

“Ooouuuuggghhhttt…. Aku keeluuuuaaaarrrrr….”Teriak istriku sambil terus membanting-bantingkan pantat bulatnya ke paha keponakannya. Mata istriku merem melek merasakan sensasi gelombang orgasmenya. Tubuh istriku meliuk-liuk dan melengkung bak busur panah yang siap untuk ditembakkan.

“Ia pasti sedang merasakan kenikmatan amat sangat…” batinku dalam hati sambil tak henti-hentinya mengusap batang penisku yang sudah amat ngilu dari luar jubah mandiku.

Nafas istriku terlihat begitu terengah-engah dan kemudian ambruk menimpa tubuh kurus keponakannya.

“Sekarang giliranmu keluar Bill…” ujar istriku.

“Oke…” Tak perlu mengulang permintaan istriku, Billy segera membalik tubuh istriku yang masih tergolek lemas diatas tubuhnya ke samping. “Sekarang giliran Tante yang harus memuaskan Billy…”

Dengan terburu-buru, Billy meletakkan kedua kaki istriku ke pundaknya dan mulai menghujamkan penis raksasanya ke memek tantenya itu.

“Ouuugghhh…. Ouuugghhh…. Ouuugghhh…. Pelan-pelan Bill… Ngiluuu…” erang istriku yang tanpa persiapan sedikitpun langsung menerima tusukan tajam di memeknya.

Masih dalam kondisi lemas, istriku hanya pasrah dan hanya membiarkan remaja 15 tahun ini menganiaya tubuhnya. Tubuh ramping istriku terlihat teBillbang-ambing setiap kali keponakannya itu menghujamkan batang penis panjangnya dengan keras.

Payudara bulat istriku pun tak luput dari cengkeraman dan remasan brutalnya. Aku yang melihat aksi brutal keponakan istriku, mendadak merasa begitu emosi. Aku marah dan seolah ingin menghajar keponakannya itu dari belakang.

Namun entah kenapa, ketika aku melihat wajah istriku, ia menggeleng-gelengkan kepalanya untuk tetap membiarkan dirinya disiksa sedemikian rupa oleh keponakannya. Melihatnya merasa pasrah dan menerima perlakuan kasar keponakannya aku menjadi tak tega untuk merusak orgasme yang sedang mereka bangun.

“Makasih mas….” Bisiknya lirih sambil tersenyum dan menatap sayu kearahku.

“Aku sudah nggak tahan lagi… aku sudah tak mampu lagi menahan birahi ini…” ucapku dalam hati sambil mengeluarkan batang penisku dari jubah mandiku.

Dan dengan tak kalah brutalnya, aku kocok daging kecil yang tumbuh di selangkanganku cepat-cepat.

Setelah beberapa lama, mereka berganti posisi bercinta. Sekarang, Billy menurunkan kaki kiri istriku dan tetap membiarkan kaki kanan istriku di pundaknya. Kali ini, ia memompa batang penisnya jauh lebih keras daripada sebelumnya.

Dan saking kerasnya, aku merasa jika tempat tidur yang sedang mereka gunakan, akan roboh. Setiap kali tusukan tajam yang diterima memek istriku dari batang panjang keponakannya, ia berteriak. Keponakannya pun berteriak. Mereka berteriak-teriak kesetanan, hingga pada akhirnya aku melihat tubuh kurus Billy mulai bergetar.

“Aku keluar Tante… Aku keluar…” teriak Billy histeris

“Tante juga mau keluar Bill…” balas istriku.

Akupun yang masih dalam naungan kegelapan dari sudut kamarpun seolah tak mau kalah cepat untuk ikut merasakan kenikmatan dalam pendakian orgasme yang mereka lakukan. Melihat mereka yang ingin mencapai puncak kenikmatan, akupun tak mampu menahan gairahku lagi. Aku kocok batang penis kecilku sekuat tenaga. Dan dalam hitungan detik,

“Ooouuugggghhh…..Ssssshhh…..” Aku klimaks dalam kocokan jemari tanganku sendiri.

4 gumpalan lendir berwarna putih keruh muncrat dari mulut penisku. Meloncat tinggi, dan mendarat di kaki kiri istriku yang menjuntai ke arahku.

“Oooouuuuuggggghhhhttttt…….. Tanteeeeee…. Akuu keluuuaaaarrrrrr” teriak Billy sambil menghujamkan penis panjangnya dalam-dalam ke memek istriku.

“SSShhhhhh…. Ooohhh my Gooooooodd…. Billy… Tante jugaaaa…..” sahut istriku histeris.

Mendadak, suasana kamar menjadi begitu hening. Hanya terdengar suara acara TV dan hembusan deru nafas kami bertiga. Kami bertiga, mencapai puncak kenikmatan bersama-sama. Tak beberapa lama, Billy yang masih dalam posisi menindih istriku menggerakkan pinggulnya lagi.

Ia merasa begitu puas. Puas untuk menikmati kemontokan tubuh istriku. Puas untuk menikmati memek legit istriku. Dan puas untuk memuntahkan seluruh lahar kenikmatannya dalam celah kenikmatan istriku. Setelah selesai menggagahi istriku, Billy langsung mencabut batang panjangnya dan menyodorkan batang itu ke mulut istriku.

“Tolong bersihin penisku ya tante Dianku….hehehe…” pinta kekeponakan kurang ajar itu sambil menepuk-tepukkan daging berurat itu pada mulut dan pipi istriku.

“HAP…” caplok Dian dengan bersemangat.

Seumur pernikahan kami, tak sekalipun istriku mau untuk membersihkan penisku setelah kami selesai bercinta. Akan tetapi, dengan kekeponakannya ini, tanpa diminta dua kali, Dian bersedia membersihkan batang panjang miliknya itu. Dan setelah batang penis itu bersih, kembali Dian menjilat-jilat dan menawarkan ronde kedua kepada Billy.

“Billy capek tante… kita udah ngewe lebih dari sejam… “ tolak Billy yang kemudian duduk di tepi tempat tidur sambil memainkan payudara besar istriku.

“Ayolah Bill… sekali lagi…” pinta istriku sambil mempercepat jilatan dan kuluman lidahnya pada penis remaja ini. Berharap penis lemas itu bisa menegang lagi dengan cepat.

“Billy pengen sih tante… Tapi penis Billy masih ngilu…” tolak Billy “Lagian Billy khawatir om Lisin bisa terbangun kalo kita ngewe disini lagi…” tambahnya lagi sambil melirik ke arahku.

Mereka berdua lalu melihat ke tempat dimana aku tertidur dalam posisi duduk di sofa kamar.

“Kalo besok pagi gimana? Ketika mas Lisin pergi sarapan?” usul istriku.

“Hmmm… boleh deh Tante… Asal tante kasih kodenya aja…”

“Nah… Gitu donk Bill… Tante makin sayang deh ama kamu…”

“Billy juga Tante… makin sayang ama tante…”

“Muuuaahhh…. Muuuaahhh…. Muuuaahhh….” Kecup terakhir istriku dengan gemas pada batang panjang kekeponakannya sebelum ia beranjak ke kamar mandi.

Billy yang seolah masih belum sadar akan keberuntungannya, hanya masih terdiam dalam posisi berdirinya. Tak pernah disangka dalam seumur hidupnya, ia bisa meniduri tante kesayangannya di usia sedini ini. Sambil menatap istriku yang sedang membersihkan diri di toilet kamar, Billy mulai mengenakan pakaiannya satu persatu.

“Tante… aku balik dulu ke kamar ya… Khawatir dicariin mami….” Pamit Billy begitu selesai mengenakan seluruh pakaiannya.

“Iya sayang…” balas istriku sambil memeluk tubuh kekeponakannya itu. “Satu kecupan lagi donk…” tambah istriku lagi.

Mendengar permintaan istriku barusan, langsung saja Billy memonyongkan bibirnya.

“Yeee… siapa coba yang pengen ngecup kamu disitu…” ucap istriku yang masih dalam keadaan telanjang bulat. Ia buru-buru jongkok di depan selangkangan remaja 15 tahun itu dan memelorotkan celana kolornya sampai sebatas paha, kemudian ia mengulum batang penis kekeponakannya dengan gemas.

“Ssssshh…. Dasar tante binal… ga ada puas-puasnya” canda Billy.

“Binal tapi suka khaaaannnn…?” balas istriku.

“Udah ah… Ntar Billy nggak balik-balik nih ceritanya…” kata kekeponakanku sambil mengangkat tubuh istriku yang masih jongkok dan memeluknya.

“Makasih ya Tante Di….” Kata Billy sambil mengecup kening istriku.

“Makasih ya Om Lisin…” tambahnya lagi sambil menengok dan tersenyum ke arahku.

“Makasih ya mas, sudah ngebolehin adek datang ke acara pernikahan Ratu dan Putra di sini… “

“Makasi ya mas sudah ngebiarin Billy numpahin rasa cintanya kepadaku…”

“Makasih ya mas, sudah ngijinin Billy menikmati tubuh istrimu ini… “

“Dan yang terakhir, makasih ya mas, sudah ikut menikmati persetubuhan kami barusan….” Ucap Dian, istriku, sambil mengecupkan bibir tipisnya yang masih berlumuran sperma Billy ke keningku.

“Kamu memang suami adek yang paling adek sayang…”
Cerita sex sahabat, foto hot terbaru, foto hot Jilbab terbaru, foto hot tante terbaru, foto sex mahasiswi, cerita sex terbaru, cerita sex three some, Cerita Sex Perawan, cerita sex pembantu nakal, cerita sex ngentot, cerita sex ABG, cerita sex Jilbab, kumpulan cerita sex perkosaan, cerita sex Janda, cerita sex Guru, cerita sex Lesbi, cerita sex Hamil, cerita sex pembantu, cerita sex Pelajar, cerita sex setengah baya, cerita sex dosen, cerita sex SMP, cerita sex pramugari, cerita sex Bertukar pasangan, Cerita Sex Suster Sange, Cerita Sex Pacar Sange, Cerita Sex Pasangan Gay

Suka Cerita Sex Tangan Naik Turun

By: Unknown on: 05:00
Web Khusus Dewasa Yang Berisakan Cerita Sex Hot Terbaru, Mesum, ABG, Ngentot, Tante, Janda, Sedarah, Mahasiswi, Selingkuh, Horny, Memek Perawan 18+. Entah kenapa, semakin aku sering melakukan Making Love dengan seseorang, membuat kehidupan sex aku bersama istriku semakin romantis saja. Dan entah semua itu semakin bisa aku nikmati. Mungkin semua ini adalah dampak dari terlalu tingginya libidoku sehingga saat aku lagi mood, tidak jarang setelah siangnya atau sorenya aku melakukan dengan teman kencanku, malamnya aku ganti menservice istriku.

Suka Cerita Sex Pantat Menggoda

 cerita sex terbaru, cerita dewasa, cerita mesum terbaru, cerita sex mesum, cerita mesum 18, cerita mesum baru, cerita mesum terkini, cerita mesum 17, cerita mesum terhot, koleksi cerita mesum, mesum cerita, kumpulan cerita mesum bergambar, galeri cerita mesum, cerita mesum paling panas, cerita mesum dan fotonya

Aku selalu bersyukur mempunyai kelebihan dalam urusan bercinta. Ditambah pengetahuan sex aku yang aku dapatkan dari film BF, buku-buku sampai obrolan-obrolan dengan teman di kantor, membuat aku semakin bisa menyelami tentang apa itu sex. Sehingga aku benar-benar fasih dalam menerjemah apa yang aku dapat dari pengetahuan tentang sex.

Itu terbukti dengan keluarnya banyak pujian dari para teman making love aku. Rata-rata mereka sangat puas saat bercinta denganku, dan mereka menemukan, merasakan dan menikmati sesuatu yang sebelumnya belum pernah mereka rasakan dalam masalah sex.

ini berawal dari perkenalanku dengan seorang ibu rumah tangga, yang entah bagaimana ceitanya ibu rumah tangga tersebut mengetahui nomor cellulerku. Siang itu saat aku sedang menikmati masa istirahatku di kantin, tiba-tiba cellulerku berbunyi.

“Hallo, selamat siang Dany” suara perempuan yang manja terdengar.

“Hallo juga, siapa ya ini?” tanyaku serius.

“Namaku Lestari” kata perempuan tersebut mengenalkan diri.

“Maaf, Mbak Lestari tahu nomor HP saya darimana?” tanyaku menyelidik.

“Oya, aku temannya Via dan dari dia aku dapat nomor kamu” jelasnya.

“Ooo, Mbak Via” kataku datar. Aku mengingat kembali kisahku sebelumnya yang berjudul Kisah bersama Ibu Muda. Via seorang sekretaris yang juga ikut ‘mewarnai’ kehidupan sex aku.

“Gimana khabar Mbak Via?” tanyaku.

“Baik, dia titip salam kangen sama kamu” jelas Lestari.

Sekitar 5 menit, kami berdua mengobrol layaknya orang yang sudah kenal lama. Suara Lestari yang lembut dan manja, membuat aku menerka-nerka bagaimana bentuk fisik dari wanita tersbut. Saat aku membayangkan bentuk fisiknya, Lestari membuyarkan lamunanku.

“Hallo.. Dany, kamu masih disitu?” tanya Lestari.

“Iya.. iya Mbak..” kataku gugup.

“Hayo mikir siapa, lagi mikirin Via ya?” tanyanya menggodaku.

“Nggak kok, malahan mikirin Mbak Lestari tuh” celetukku.

“Masa sih.. Jadi GR nih” dengan suara yang menggoda.

“Dany, boleh kan kalau aku mau ketemu kamu?” tanya Lestari.

“Boleh aja Mbak.. Dengan senang hati” jawabku semangat.

“Oke deh, kita mau ketemuan dimana?” tanyanya semangat.

“Terserah Mbak deh, Dany ngikut aja” jawabku pasrah.

“Oke deh, nanti sore aku tunggu kamu di excelso di Tunjungan Plasa” katanya.

“Oke, sampai nanti Dany.. Aku tunggu jan 18.00″ sambil berkata demikian, HP nya langsung off.

Waktu menunjukkan pukul 16.30, tiba saatnya aku pulang kantor dan segera meluncur ke Tunjungan Plaza. Sebelumnya aku prepare di kantor, aku mandi dan membersihkan diri setelah seharian aku bekerja. Untuk perlengkapan mandi, memang setiap hari aku membawa karena memang aku sering olahraga setelah jam kantor.

Tiba di TP, aku segera memarkir mobil starletku yang butut di lantai 3. Jam ditanganku menunjukkan pukul 18 kurang seperempat. Aku segera menuju ke excellso seperti yang dikatakan Lestari. Aku segera mengambil tempat duduk disisi pagar kaca, sehingga aku bisa melihat orang hilir mudik di area pertokoan terbesar di Surabaya ini.

Saat mataku melihat situasi di sekelilingku, bola mataku berhenti pada seorang wanita setengah baya yang duduk sendirian.

Menurut tebakan aku, wanita ini berumur sekitar 35 tahun ke atas. Wajahnya yang luLestarin putih, membuat aku tertegun. Mataku yang mulai nakal, berusaha menjelajahi pemandangan yang sangat menggiurkan di depanku.

Kakinya yang jenjang, ditambah dengan belahan pahanya yang putih di balik rok mininya, membuat semakin aku gemas. Dalam hatiku, wah betapa bahagianya aku jika orang tersebut adalah Lestari yang menghubungi aku siang tadi.

Disaat aku membayangkan sosok di depan mataku, tiba-tiba wanita itu berdiri dan menghampiri tempat dudukku. Dadaku berdegup kencang ketika dia benar-benar mengambil tempat duduk semeja dengan aku.

“Maaf, kamu Dany ya?” tanyanya sambil menatapku.

“Iy.. iyaa.. Kamu Lestari?” tanyaku balik sambil berdiri.

Jarinya yang lentik menyentuh tanganku untuk bersalaman dan darahku terasa mendesir ketika tangannya yang halus meremas tanganku dengan halus.

“Silahkan duduk Nggun” kataku sambil menarik satu bangku di depanku.

“Terima kasih” kata Lestari sambil tersenyum.

“Dari tadi anda duduk disitu kok tidak langsung kesini?” tanyaku.

“Aku tadi sempat ragu, apakah kamu memang Dany” jelasnya.

“Aku tadi juga berpikir, apakah wanita yang cakep ini kamu?” kataku sambil senyum.

Kami bercerita panjang lebar tentang apapun yang bisa diceritakan, kadang-kadang kami berdua saling canda, saling menggoda dan sesekali bicara yang ‘nyerempet’ ke arah sex. Lesung pipinya yang dalam, menambah sempurna saja wajahnya yang semakin matan.

Dari pembicaraan tersebut, terungkaplah kalau Lestari adalah seorang wanita yang sedang tugas di Surabaya. Lestari adalah seorang pengusaha dan kebetulan selama 3 hari dinas di Surabaya.

“Nggun, kamu kenal Via dimana?” tanyaku mnyelidik.

“Via adalah teman chattingku di YM, aku dan via sering online bersama. Dan kami terbuka satu sama lain dalam hal apapun. Begitu juga untuk kisah rumah tangga, bahkan masalah sex sekalipun.” mulut mungil Lestari menjelaskan dengan penuh semangat.

“OOo, begitu..” kataku sambil manggut-manggut.

“Ini adalah hari pertamaku di Surabaya dan aku berencana menginap 3 hari, sampai urusan kantorku selesai” jelasnya tanpa aku tanya.

“Sebenarny tadi Via juga mau dateng tetapi karena ada acara keluarga, mungkin besok baru bisa dateng” jelasnya kembali.

“Memang Mbak Lestari nginap dimana?” tanyaku.

“Kebetulan sama perwakilan kantor disini, di bookingin di Hotel E..” jelasnya.

“Mmm, emang Mbak sama sapa sih?” tanyaku menyelidik.

“Ya sendirilah, Dany.. Makanya saat itu aku tanya Via” kata Lestari.

“Tanya apa?” tanyaku mengejar.

“Apakah punya teman yang bisa temanin aku selama di Surabaya” kata Lestari.

“Dan dari situlah aku tahu nomor celluler kamu” lanjutnya.

Tanpa terasa jam tanganku menunjukkan pukul 21.15 wib, dan aku liat sekelilingku pertokoan mulai sepi karena memang sudah mau tutup.

“Dan.. Kamu mau anter aku balik ke hotel?” tanya Lestari.

“Boleh, masa iya aku tega biarin Mbak Lestari sendirian balik ke hotel” kataku.

Setelah obrolan singkat, kami segera menuju parkiran mobil dan segera meluncur ke Hotel E.. Yang tidak jauh dari pusat pertokoan Tunjungan Plasa. Aku dan Lestari bergegas menuju lift untuk naik ke lantai 3, dan sesampainya di kamar nomor 306, Lestari menawarkan aku untuk masuk sejenak.

Bau parfum yang menggugah syaraf kelaki-lakianku serasa berontak ketika aku berjalan di belakangnya.

“Silahkan duduk Dan, aku mau mandi dulu” kata Lestari sambil melempar tas kecilnya, diatas ranjang.

Mataku menyelidik, apakah benar Lestari sendirian dalam kamar. Dan memang benar kelihatannya dia sendirian. Aku lihat kopor kecilnya yang masih rapi, nampak hanya beberapa helai gaun yang berada di atas ranjang. Saat mataku masih asyik menjelajahi ruangan kamar Lestari, tiba-tiba sesosok tubuh yang jenjang dengan hanya mengenakan sehelai handuk yang menutupi tubuhnya yang molek.

“Dany, aku minta tolong nih buangan airnya di bathup nggak bisa dibuang” kata Lestari sambil tetap berdiri di muka pintu kamar mandi.

Aku segera bangkit dari dudukku dan berjalan menuju kamar mandi. Ketika aku melewati tubuh Lestari, mataku yang nakal sedikit mencuri pandang di belahan dada Lestari yang terkesan menyembul keluar karena terhimpit ketatnya handuk yang menutupi tubuhnya.

Aroma sabun lux kuning merasuk menusuk hidungku, aku segera menuju bathup yang dimaksud oleh Lestari. Aku menggunakan tangkai sendok untuk mencungkil karet penutup bathup yang memang rapat sekali.

Aku berusaha membuka secepatnya karena pikiran kotor mulai menjejali otakku. Dan akhirnya”sswaasshh..” suara air langsung keluar ketika karet penutupnya sudah terlepas.

“Oke Nggun.. Sudah terbuka nih, silahkan lanjutin mandinya” kataku sambil masih membelakangi tubuh Lestari yang sedang berdiri di belakangku. Ketika aku membalikkan badanku, betapa kagetnya aku dengan pemandangan di depan mataku. Tubuh Lestari tidak dibalut lagi oleh handuk putih yang melekat di tubuhnya tadi.

“Ma-Maaff.. Aku mau keluar Nggun” kataku gugup. Lestari tidak menjawab dan bahkan tidak memberiku jalan. Wanita itu langsung berhamburan memeluk tubuhku, dan merangkul leherku dengan erat.

“Dan, Via sudah ceritakan kehebatan permainan sex kamu” aroma bau mulutnya yang segar, membuat jantungku semakin berdetak kencang.

“Mmm, anu Mbak.. Mungkin Via terlalu berlebihan” kataku.

“Berikan aku kenikmatan itu Dan..” sambil berkata demikian, bibir mungil Lestari langsung mendarat di bibirku. Lidahnya yang liar serasa menggeliat mencari lidahku.

Lidahku yang sudah mulai terpancing birahi, langsung menyambut keliaran lidah Lestari. Tanganku yang tadi hanya berdiam diri, sekarang aku beranikan memeluk tubuhnya yang sexy bagaikan Britney Spears. Aku merasakan dadanya yang montok mendesak dadaku yang bidang.

Sesekali tanganku mulai semakin berani menjelajahi pinggul Lestari, pantatnya yang masih terlihat kencang walaupun sudah menginjak 35 tahun. Aku meremas pantatnya berkali-kali sehingga hal itu membuat nafsu Lestari semakin naik.

Bibirku yang sudah mulai murka dan terbawa birahiku yang mulai merangkak ke kepalaku. Lehernya yang jenjang menjadi sasaran empuk bibirku yang mulai menari- nari di atasnya.

“Ooohh.. Dany.. Geelli..” desah Lestari.

Serangan bibirku semakin menjadi di leher Lestari, sehingga dia hanya bisa merem melek mengikuti jilatan lidahku. Setelah aku puas dilehernya, aku mulai menurunkan tubuhkan sehingga bibirku sekarang berhadapan dengan 2 buat bukit kembarnya yang masih ketat dan kencang.

Aku semakin terbawa dalam aliran birahi yang meledak- ledak, bibir Lestari yang mulai terasuki nafsu birahinya sendiri mulai ganas melahap bibriku. Jari jemarinya yang lentik, sepertinya terlatih untuk membuka semua kancing yang menempel di hem yang aku kenakan.

Disaat aku mulai telanjang dada, bibirnya mulai menjalar ke arah leherku dan sesaat kemudian bibirnya sudah mendarat pada dadaku. Jilatan lidahnya yang semakin liar, sepertinya tidak ingin menyisakan sedikitpun dada bidangku.

Darahku mendesir hebat hingga membuat aku terangsang hebat, ketika lidahnya menari di puntingku. Daerah yang paling sensitif di tubuhku, yang bisa menggugah nafsu birahiku secara spontan.

“Ohh.. Nggun.. Aaakh” aku merintih sambil menekan tengkuknya ke dada bidangku.

Lestari benar-benar sudah di kuasai oleh birahi yang tinggi, dan tanpa aku sadari ketika aku sudah merasakan kaki sudah dingin. Ternyata Lestari sudah melepas jeans yang aku pakai sebelumnya, sehingga sekarang aku hanya menganakan celana dalam saja.

Lidahnya semakin lama semakin ke bawah dan sampailah lidahnya memainkan pusarku. Tangannya meremas kedua pantatku sehingga aku benar-benar terangsang hebat. Dengan gaya yang sudah fasih, giginya berusaha menarik celana dalamku dari depan. Kedua tanganya dengan mudah menarik celana dalamku dari belakang.

“Gila.. Pantes Via puas, habis kontolmu gede seperti ini” kata Lestari memuji.

Adik kecilku yang tadi sudah ingin melepaskan diri dari belenggu celana dalam yang membatasinya akhirnya bisa lepas. Aku melihat kebawah dan melihat Lestari yang sedang tertegun dengan besarnya kontolku. Kontolku berdiri tegak sekali dan sesaat kemudian.

“Mmm.. Srup.. Srupp” mulut Lestari yang mungil mulai mengulum batang kontolku.

“Aakhh.. Nggun.. Nikmmaat.. Sekkalii” rintihku.

Tanganku menekan dalam-dalam kepala belakang Lestari, utnuk memudahkan bergerak maju mundur dan ketika kontolku benar- benar terlean dalam mulut Lestari, kenikmatan yang luar biasa aku rasakan ketika ujung kontolku menthok pada dasar mulut Lestari.

“Sss.. Nggun.. Uhh” aku mendesah kenikamatan.

Lestari tidak mempedulikan desahan, rintihan dan eranganku, wanita itu denagn buasnya mengulum, menjilat, mengocok dan mengoral batang kemaluanku. Sampai aku tidak kuat berdiri. Setelah Lestari puas dengan aksinya, Lestari bangkit dari posisi pertama yang sebelumnya jongkok di bawah selangkangan aku.

Kesempatan ini tidak aku sia- siakan untuk mendorong tubuhnya sehinga tubuh Lestari terduduk di kloset. Aku langsung jongkok dan membuka kedua pahanya yang putih. Lubang memeknya yang memerah dan disekelilingi rambut- rambut yang begitu lebat. Aroma wangi dari lubang kewanitaannya, membuat tubuhku berdesir hebat.

Tanpa menunggu lama lagi, lidahku langsung aku julurkan ke permukaan bibir memek. Tanganku bereaksi untuk menyibak rambut yang tubuh disekitar selangkangannya untuk memudahkan aksiku menjilati memeknya.

“Sss.. Danyy.. Nikmaat sekali.. Ughh” rintih Lestari.

Tubuhnya menggelinjang, sesekali diangkat menghindari jilatan lidahku di ujung clitorisnya. Gerak tubuh Lestari yang terkadang berputa-putar dan naik turun, membuat lidahku semakin berani menghujam lebih dalam ke lubang memeknya.

“Daanndy.. Gilaa banget lidah kamu..” rintih Lestari.

“Terus.. Sayang.. Jangan lepaskan..” pintanya.

Lidahku bergerak keluar masuk dalam lubang memeknya, sesekali aku memancing clitorisnya untuk segera keluar dari persembunyiiannya.

Paha Lestari dibuka lebar sekali sehingga memudahkan lidahku untuk menjilat, mengulum, dan sesekali menghisap dalam-dalam clitorisnya. Aku perhatikan Lestari merem melek menikmati nakalnya lidahku dan sesekali aku perhatikanl, wanita tersebut mengigit bibir bawahnya seakan menahan rasa nikmat yang bergejolak di hatinya.

“OOhh.. Dany, aku nggak tahan.. Ugh..” rintihnya.

Semakin Lestari merintih, mendesah dan mengerang, semakin membuat nafsuku bergejolak. Sampai aku rasakan beberapa cairan yang terasa asin, dan aku semakin bernafsu untuk menjilatinya.

“Dany.. Danyy.. Ooogghh..” Lestari merintih panjang.

Dibarengi dengan tubuhnya yang kejang-kejang, dan terasa pahanya menggapit kepalaku dengan kencang. Jari nya yang lentik meremas rambutkuyang sedikti gondrong.

Lestari terpejam sejenak menikmati lelehnya cairan yang meluber dari lubang memeknya, lidahku tiada henti menerima luapan cairan bening yang wangi tersbut. Seakan-akan aku tidak peduli dengan orgasme yang didapat Lestari pertama kalinya. Dan ketika aku rasakan cairan tersebut sudah bersih, aku membimbing tubuh Lestari yang masih lemas. Aku mendekap tubuh Lestari dari belakang, kami berdua menghadap cermin.

“Ohh.. Dany..” Lestari mendesah ketika lidahku mulai menyentuh bagian belakang telinganya.

Tangannya menggapai leherku, dan tanganku sepontan meraih buah dadanya dari belakang. Dengan sentuhan yang sangat halus, pantatnya yang sintal bergerak memutar di gesekan batang kemaluanku yang dari tadi masih tegang. Jari telunjukkananku bergerak menggesek clitoris Lestari yang sduah mulai basah kemabli.

“Danyy..” Lestari kembali mendesah.

Peralahan aku mengangkat kaki kanan Lestari dan aku sandarkan di wastafel kamar mandi. Sehingga Lestari hanya berdiri dengan satu kaki saja, batang kemaluanku sudah mulai mencari lubang kewanitaan Lestari dan sekali hentak.

“Bleesst..” kepala kontolku mengoyak memek Lestari.

“Aowww.. Giillaa.. Besaar sekali Dan.. Punya kamu” Lestari merintih.

Perlahan aku beregark maju mundur di lubang memek Lestari, sampai akhirnya aku merasakan cairan yang cukup di lubang memek Lestari. Sekali tekan “bless” seluruh batang kemaluanku masuk dalam lubang senggama Lestari dan bersama dengan itu, tubuh Lestari sedikit terangkat.

“Hekk.. Dany.. Nikmatt sekalii.. Oooh” Lestari merintih kembali.

Gerakan maju mundur pinggulku membuat tubuh Lestari menggelinjang hebat dan sesekali memutar pinggulnya sehingga menimbulkan kenikmatan yang luar biasa di batang kemaluanku.

“Dany.. Jangan berhenti sayang.. Oogghh” pinta Lestari.

Nampak jelas di cermin aku lihat wajahnya yang begitu menikmati tusukan batang kemaluanku semakin menjadi. Aku merasakan sekali ujung kontolku bergerak masuk sampai di ujung kemaluan Lestari.

Wanita tersebut menggoyang kepalanya kekanan dan kekiri seirama dengan kontolku yang menghujam dalam pada lubang kewanitaannya. Kedua tanganku meremas kedua bukit kembar Lestari dan sesekali membantu pinggul Lestari utnuk berputar- putar.

“Dany.. Kamu.. Memang.. Jagoo.. Ooohh” tangan Lestari bersandar di cermin sedangkan kepalanya bergerak ke atas kebawah, kesmaping kiri kanan seperti orang yang lagi triping.

Beberapa saat kemudian Lestari seperti orang kesurupan dan ingin memcau birahinya sekencang mungkin. Aku berusaha mempermainkan birahinya, disaat Lestari semakin liar. Tempo yang semula tinggi dengan spontan aku kurangi sampai seperti gerakan lambat, sehingga centi demi centi batang kemaluanku terasa sekali mengoyak dinding memek Lestari.

“Dany.. Terus.. Sayangg.. Jangan berhenti..” Lestari meminta. Permainanku tersebut benar-benar memancing birahi Lestari untuk mencapai kepuasan birahinya. Sesaat kemudian, Lestari benar- benar tidak bisa mengontrol birahinya. Tubuhnya bergetar hebat.

“Danyy.. Aakuu.. Kelluuarr.. Aaakkhkhh.. Goyang sayang” rintih Lestari. Gerakan kontolku seperti goyangan anisa bahar yang patah-patah, membuat birahi Lestari semakin tak terkendali.

“Dann.. Ddy.. Aaammppunn” rintih Lestari panjang. Bersamaan dengan rintihan tersebut, aku menekan kontolku dengan dalam hingga mentok dilangit-langit memek Lestari. Aku merasakan semburan cairan membasahi seluruh batang kemaluanku.

“Creek.. Crek.. Crek..” suara kontolku masih bergerak keluar masuk di lubang memek Lestari.

Aku semakin tidak peduli dengan Lestari yang sudah mendapatkan kedua orgasmenya, karena aku sendiri lagi berusaha untuk mencari kepuasan birahiku. Perlahan, aku turunkan kaki kanan Lestari yang pada posisi pertama aku naikkan ke atas wastafel.

Posisi Lestari, sekarang sedikit menungging dengan posisi berdiri. Kontolku yang masih tertancap pada lubang memeknya langsung aku hujamkan kembali ke lubang memek Lestari.

“Ohh.. Danyy.. kamu.. memang.. ahli..” kata Lestari sambil merintih. Kedua telapak tanganku mencengkeram pinggul Lestari dan menekan tubuhnya supaya kontolku bisa lebih menusuk ke dalam lubang memeknya.

“Nggun.. memek kamu memang asyik banget” pujiku.

“Kamu suka minum jamu ya kok masih seret?” tanyaku.

Lestari hanya tersenyum dan kembali memejamkan matanya menikmati tusukan kontolku yang tiada hentinya. Batang kemaluanku terasa dipijat oleh memek Lestari dan hal tersebut menimbulkan kenikmatan yang luar biasa.

Permainan sexku benar-benar bisa diterima Lestari karena ternyata wanita tersebut bisa mengimbangi permainan aku. Sampai akhirnya aku tidak bisa menahan kenikmatan yang mulai tadi sudah mengoyak birahiku.

“Nggun.. Aku mau.. Keluuar..” kataku mendesah.

“Aku juga sayang.. Oooh.. Nikmat terus.. Terus..” Lestari merintih.

“Danyy.. Keluarin didalam.. Aku ingin rasain semprotan kamu..” pinta Lestari.

“Iya Nggun.. Ooogh.. Akakhh..” rintihku.

Gerakan maju mundur dibelakang tubuh Lestari semakin kencang, semakin cepat dan semakin liar. Kami berdua berusaha mencapai puncak bersama-sama.

“Dany.. Aku.. Aku.. Nggaak kkuaat.. Aaakhh” rintih Lestari.

“Aku juga Nggun.. Oohh.. Nggun” aku merintih.

“crut.. Crut.. Crut..” spermaku muncrat membanjiri memek Lestari.

Karena begitu banyaknya spermaku yang keluar, beberapa tetes sampai keluar dicelah memek Lestari. Setelah beberapa saat kemudian Lestari membalikkan tubuhnya dan berhadapan dengan tubuhku.

“Dany ternyata Via memang benar, kamu jago banget dalam urusan sex. Kamu memang luar biasa” kata Lestari merintih.

“Biasa aja kok Mbak, aku hanya melakukan sepenuh hatiku saja” kataku merendah.

“Kamu luar biasa..” Lestari tidak meneruskan kata-katanya karena bibirnya yang mungil kembali menyerang bibirku yang masih termangu.

Tanpa terasa kami berdua sudah naik di dalam bathup, kami mandi bersama. Guyuran air di pancuran shower membuat tubuh Lestari yang molek seperti bersinar diterpa cahaya lampu yang dipancarkan ke seluruh ruangan tersebut.

Dengan halus, aku menuangkan sabun cair dari perlengkapan bag shop punya Lestari. Aku mnggosok-gosokkan sabun ke seluruh tubuh Lestari, sesekali jariku yang nakal memilin punting Lestari.

“Ughh.. Dany..” Lestari merintih dan bergetar saat aku permainkan puntingnya yang memerah. Untuk yang kesekian kalinya, kami berdua berburu kenikmatan. Dan entah sudah berapa kali Lestari seorang wanita yang sedang butuh kehangatan mendapatkan orgasme. Kami memburu kenikmatan berkali-kali, kami berdua memburu birahinya yang tidak pernah kenyang.

Sampai akhirnya waktu sudah menunjukkan pukul 23.30 wib, dimana aku harus segera balik kerumah karena celullerku berapa kali tadi berbunyi. Aku meninggalkan Hotel E.. Sambil menikmati sisa-sisa kenimatan yang sudah di tinggalkan oleh permainan tadi.

Cerita sex sahabat, foto hot terbaru, foto hot Jilbab terbaru, foto hot tante terbaru, foto sex mahasiswi, cerita sex terbaru, cerita sex three some, Cerita Sex Perawan, cerita sex pembantu nakal, cerita sex ngentot, cerita sex ABG, cerita sex Jilbab, kumpulan cerita sex perkosaan, cerita sex Janda, cerita sex Guru, cerita sex Lesbi, cerita sex Hamil, cerita sex pembantu, cerita sex Pelajar, cerita sex setengah baya, cerita sex dosen, cerita sex SMP, cerita sex pramugari, cerita sex Bertukar pasangan, Cerita Sex Suster Sange, Cerita Sex Pacar Sange, Cerita Sex Pasangan Gay

Suka Cerita Sex Pantat Menggoda

By: Unknown on: 01:00

Thursday 28 September 2017

Web Khusus Dewasa Yang Berisakan Cerita Sex Hot Terbaru, Mesum, ABG, Ngentot, Tante, Janda, Sedarah, Mahasiswi, Selingkuh, Horny, Memek Perawan 18+.Sitha terlambat bangun untuk berangkat sekolah, padahal sebelumnya dia selalu bangun lebih pagi. Mungkin semalam keasyikan nonton acara TV, sehingga pagi ini dia harus buru-buru kalau tidak ingin terlambat sampai di SMU. Sitha adalah pelajar kelas 1, minggu depan dia akan berulang tahun yang ke-15.

Suka Cerita Sex Cewek SMA

 kumpulan cerita sex perkosaan, cerita perkosaan sadis, cerita perkosaan nikmat, cerita perkosaan bergambar, cerita perkosaan paksa, cerita perkosaan enak, cerita perkosaan mahasiswi, cerita nyata perkosaan, cerita cerita perkosaan, cerita perkosaan pelajar, cerita perkosaan nyata, cerita perkosaan di hotel, cerita perkosaan wanita, cerita orang perkosaan, cerita perkosaan baru, cerita cinta perkosaan, cerita perkosaan pacar

Dengan wajah yang manis, rambut sebahu, kulit putih bersih, mata bening dan ukuran payudara 34B, tak heran Sitha selalu menjadi incaran para lelaki, baik yang sekedar iseng menggoda atau yang serius ingin memacarinya.

Tetapi sampai hari ini Sitha belum menjatuhkan pilihannya.
Alasannya cukup klasik, "Maaf ya.., kita temenan aja dulu.., soalnya saya belum berani pacaran.., khan masih kecil, ntar dimarahin ortu kalau ketahuan.." begitu selalu kilahnya kepada setiap lelaki yang mendekatinya.

Begitulah Sitha, gadis manis yang belum terjamah bebasnya pergaulan metropolis seperti Jakarta tempatnya tinggal. Sitha mungkin akan cukup lama bertahan dalam keluguannya kalau saja peristiwa itu tidak terjadi.

Pagi itu selesai menyiapkan diri untuk berangkat, Sitha sedikit tergesa-gesa menjalankan Honda Supra-nya. Tanpa disadarinya dari kejauhan tiga pasang mata mulai mengintainya. Anton (25 tahun) mahasiswa salah satu PTS yang pernah ditolak cintanya oleh Mita, hari itu mengajak dua rekannya (Iwan dan Tejo) yang terkenal bejat untuk memberi pelajaran buat Sitha, karena Anton yang playboy paling pantang untuk ditolak, apalagi oleh gadis ingusan macam Sitha. Cerita Sex Terhot

Tepat di jalan sempit yang hampir jarang dilewati orang, Anton dan kawan-kawan memalangkan Toyota Land Cruser-nya, karena mereka tahu persis Sitha akan melewati jalan pintas ini menuju sekolahnya. Sedikit kaget melihat mobil menghadang jalannya, Sitha gugup dan terjatuh dari motornya. Anton yang berada di dalam mobil beranjak keluar.

"Hai Mit.., jatuh ya..?" kata Anton dengan santainya.

"Apa-apaan sih kamu..? Mau bunuh aku ya..?" hardik Sitha dengan wajah kesal.

"Nggak.., cuman aku mau kamu jadi pacarku, jangan nolak lagi lho..! Ntar.." kata Anton yang belum sempat menyelesaikan kata-katanya.

"Ntar apa..?" potong Sitha yang masih dengan wajah kesal.

"Ntar gue perkosa lo..!"

"Sialan dasar usil, cepetan minggir aku udah telat nih..!" bentak Sitha.

Air mata di pipinya mulai menetes karena Anton tetap menghalangi jalannya.

"Anton please.., minggir dong..!" pintanya sudah tidak sabaran lagi.

Anton mulai mendekati Sitha yang gemetar tidak tahu harus bagaimana lagi menghadapi bajingan ini. Tiba-tiba dari arah belakang sebuah pukulan telak mendarat di tengkuk Sitha yang membuatnya pingsan seketika. Rupanya Iwan yang sedari tadi bersembunyi di balik pohon bersama delapan orang lainnya sudah tidak sabar lagi.

"Ayo kita angkut dia..!" perintah Anton kepada teman-temannya.

Singkat cerita, Sitha dibawa ke sebuah rumah kosong di pinggir kota. Letak rumah itu menyendiri, jauh dari rumah-rumah yang lainnya, sehingga apapun yang terjadi di dalamnya tidak akan diketahui siapapun.

Sebuah tamparan di pipinya membuat gadis ini mulai siuman. Dengan tatapan nafsu dari dua lelaki yang sama sekali tidak dikenalnya kecuali satu orang, yaitu Anton. Sitha mulai ketakutan memandang sekelilingnya.

Apa yang akan terjadi samar-samar mulai terbayang di matanya. Jelas sekali dia akan diperkosa oleh 3 orang. Rupanya mereka sudah tidak sabaran lagi untuk segera memperkosa Sitha. Tangan-tangan mereka mulai merobek-robek pakaian gadis itu dengan sangat kasar tanpa perduli teriakan ampum maupun tangisan Sitha.

Setelah menelanjangi Sitha sehingga Sitha benar-benar bugil. Sekali sentak Iwan menjambak rambut Sitha dan menariknya, sehingga tubuh Sitha yang tekulai di lantai terangkat ke atas dalam posisi berlutut menghadap Iwan.

"An.., lo mau gue apain nih cewek..?" kata Iwan sambil melirik ke arah Anton.

"Terserah deh.., emang gue pikirin..!"

Iwan menatap sebentar ke arah Sitha yang sudah sangat ketakutan, air matanya nampak mengalir dan, "PLAK..!" tamparan Iwan melayang ke pipinya.

Anton dan yang lainnya mulai membuka pakaian masing-masing, sehingga sekejap orang-orang yang berada dalam ruangan itu semuanya telanjang bulat. Sitha yang terduduk di lantai karena dicampakkan Iwan kembali menerima perlakuan serupa dari Anton yang kembali menjambak rambutnya, hanya saja tidak menariknya ke atas, tetapi ke bawah, sehingga sekarang Sitha dalam posisi telentang.

Teman-teman Anton memegangi kedua tangan dan kaki Sitha, sedangkan Anton duduk tepat di atas kedua payudara Sitha. Penis Anton yang sudah mengeras dengan panjang 18 cm ditempelkan ke bibir Sitha.

"Ayo isep kontol gue..!" bentak Anton tidak sabaran.

Karena Sitha tidak juga membuka mulutnya, Anton menampar Sitha berkali-kali. Karena tidak tahan, akhirnya mulut mungil Sitha mulai terbuka. Tanpa ampun Anton yang sudah tidak sabaran memasukkan penisnya sampai habis, tonjolan kepala penis Anton nampak di tenggorokan Sitha.

Anton mulai memaju-mundurkan penisnya di mulut Sitha selama 5 menit tanpa memberi kesempatan Sitha untuk bernafas. Sitha kesakitan dan mulai kehabisan nafas, Anton bukannya kasihan tetapi malah semakin brutal menancapkan penisnya.

Selang beberapa saat, Anton mengeluarkan penisnya dari mulut Sitha, dan segera diganti oleh Penis Iwan yang panjangnya hampir 20 cm. Tejo yang sedari tadi memegang kaki Sitha mulai menjalankan aksinya. Paha Sitha ditarik ke atas dan mengarahkan penisnya ke vagina Sitha.

Penis Tejo yang paling besar di antara kedua rekannya tidak terlalu gampang menembus vagina Sitha yang memang sangat sempit, karena masih perawan.

Tetapi Tejo tidak perduli, penisnya terus ditekan ke dalam vagina Sitha dan tidak berapa lama Sitha tampak meringis kesakitan, tetapi tidak mampu bersuara karena mulutnya tersumbat penis Iwan yang dengan kasarnya menembus hingga tenggorokannya.

Tejo memaju-mundurkan penisnya ke dalam vagina Sitha dan nampak darah mulai menetes dari vagina Sitha. Keperawanan Sitha telah dikoyak Tejo. Iwan yang tidak puas akan "pelayanan" Sitha nampak kesal.

"Ayo isep atau gue cekik lo..!" bentaknya ke arah Sitha yang sudah dingin pandangannya.
Sitha yang sudah putus asa hanya dapat menuruti keinginan Iwan. Mulutnya dimaju-mundurkan sambil menghisap penis Iwan.

"Ayo cepat..!" kata Iwan lagi.

Karena dalam posisinya yang telentang, agak sulit bagi Sitha menaik-turunkan kepalanya untuk mengulum penis Iwan, tetapi Iwan rupanya tidak mau perduli. Sitha melingkarkan tangannya ke pinggang Iwan, sehingga dia dapat sedikit mempercepat gerakannya sesuai keinginan Iwan.

Hampir 30 menit berlalu, Iwan hampir ejakulasi, rambut Sitha ditarik ke bawah sehingga wajahnya menengadah ke atas. Iwan mencabut penisnya dari mulut Sitha.

"Buka yang lebar dan keluarin lidah lo..!" bentaknya lagi.

Sitha membuka mulutnya lebar-lebar dan menjulurkan lidahnya keluar. Iwan memasukkan kembali setengah penisnya ke mulut Sitha dan, "Ah.., crot.. crot.. crot..!" sperma Iwan yang banyak masuk ke mulut Sitha.

"Telan semuanya..!"

Sitha terpaksa menelan semua sperma Iwan yang masuk ke mulutnya, walau sebagian ada yang mengalir di sela-sela bibirnya.

Tejo yang juga hampir ejakulasi mencabut penisnya dari vagina Sitha dan merangkat ke atas dada Sitha dan bersamaan dengan Iwan mencabut penisnya dari mulut Sitha. Tejo memasukkan penisnya ke mulut Sitha sampai habis masuk hingga ke tenggorokan Sitha.

Dan, "Crot.. crot.. crot..!" kali ini sperma Tejo langsung masuk melewati tenggorokan Sitha.
Anton yang sedari tadi menonton perbuatan kedua rekannya melakukan hal serupa yang dilakukan Tejo, hanya saja Anton menyemprotkan spermanya ke dalam vagina Sitha.

Begitulah selanjutnya, masing-masing dari mereka kembali memperkosa Sitha sehingga baik Anton, Tejo dan Iwan dapat merasakan nikmatnya vagina Sitha dan hangatnya kuluman bibir Sitha yang melingkari penis-penis mereka. Mereka benar-benar sudah melampaui batasan keinginan berbalas denadam terhadap Sitha yang tadinya masih polos itu.

Sebelum meninggalkan Sitha sendirian di rumah kosong, mereka sempat membuat photo-photo telanjang Sitha yang dipergunakan untuk mengancam Sitha seandainya buka mulut. Photo-photo tersebut akan disebarkan ke seantero sekolah Sitha jika memang benar-benar Sitha melaporkan hal tersebut ke orang lain.

Hari-hari selanjutnya dengan berbagai ancaman, Sitha terpaksa pasrah diperkosa kembali oleh Anton dan kawan-kawan sampai belasan kali. Dan setiap kali diperkosa, jumlahnya selalu bertambah, hingga terakhir Sitha diperkosa 40 orang, dan dipaksa menelan sperma setiap pemerkosanya. Sungguh malang nasib Sitha.
Cerita sex sahabat, foto hot terbaru, foto hot Jilbab terbaru, foto hot tante terbaru, foto sex mahasiswi, cerita sex terbaru, cerita sex three some, Cerita Sex Perawan, cerita sex pembantu nakal, cerita sex ngentot, cerita sex ABG, cerita sex Jilbab, kumpulan cerita sex perkosaan, cerita sex Janda, cerita sex Guru, cerita sex Lesbi, cerita sex Hamil, cerita sex pembantu, cerita sex Pelajar, cerita sex setengah baya, cerita sex dosen, cerita sex SMP, cerita sex pramugari, cerita sex Bertukar pasangan, Cerita Sex Suster Sange, Cerita Sex Pacar Sange, Cerita Sex Pasangan Gay

Suka Cerita Sex Cewek SMA

By: Unknown on: 23:21

Wednesday 27 September 2017

Web Khusus Dewasa Yang Berisakan Cerita Sex Hot Terbaru, Mesum, ABG, Ngentot, Tante, Janda, Sedarah, Mahasiswi, Selingkuh, Horny, Memek Perawan 18+. Nama saya Florence Kim, saya adalah warga Indonesia keturunan Korea yang sekarang sedang berada di Italy untuk tujuan bisnis dan saya sering sekali membaca hobisex.com hingga saya menjadi sangat basah. Saya mempunyai pacar bernama Robby, seorang warga Roma, tapi sekarang saya tidak menceritakan pengalaman saya bersama Robby.

Suka Cerita Sex Finish di Ranjang

cerita sex ngentot, cerita ngentot terbaru, cerita orang ngentot, kumpulan cerita ngentot, ngentot cerita, cerita hot ngentot, cerita nyata ngentot, koleksi cerita ngentot, cerita ngentot baru, kumpulan cerita ngentot terbaru

Pagi itu, kami makan pagi berdua sambil ngobrol-ngobrol ringan. Robby ada meeting dengan factory jam 11 pagi, jadi saya mungkin menghabiskan waktu dengan jalan-jalan sendiri, tapi tidak masalah soalnya saya sudah terbiasa kemana-mana sendiri. So, setelah cium perpisahan dengan Robby, saya mulai berbenah diri.

Pagi itu udara summer kebetulan sangat indah buat jalan-jalan. Saya memakai skirt-dress katun pendek, sekitar 10 cm di atas lutut, motif floral, dengan canvas-shoes di padukan dengan straw hat yang saya beli di Yogyakarta.

Sip deh, komentar saya setelah mengecek sekali lagi di cermin. Baju ini bagus juga, leher bajunya yang berbentuk kotak, low cut memperlihatkan dada saya yang putih dan berukuran 36B.

Waktu saya turun dari kamar, melewati lobby yang crowded, saya sempat merasa tatapan mata yang tertuju pada saya, apa karena saya manis atau jarang kali ngeliat cewek Asia, tapi lumayanlah buat tambah PD.

Saya berjalan-jalan menyusuri jalan kecil di samping hotel. Tidak lama kemudian saya sudah berada di tengah toko-toko dan kafe-kafe kecil. Mungkin daerah pasar kali, soalnya saya baru pertama kali berada di Roma.

Entah bagaimana melukiskan perasaan kalau kita berada di tengah-tengah kota yang ramai tapi semuanya asing buat kita.

Something scary tapi agak menggoda karena banyak hal yang baru, seperti tampang cowok-cowok Italy yang lagi cofee break dengan baju kantor yang rapi. Kulit mereka yang kecoklatan, dagu yang keras dan mantap plus itu lho.. sisa cukuran yang masih kebiru-biruan bikin gemes pengen ngelus dech, juga perasaan mau nyobain bagaimana rasanya bercinta dengan mereka.

So, saya berjalan santai dengan pikiran yang bercampur aduk. Akhirnya saya berhenti di depan bus station, kemudian setelah saya pelajari rute di map saya, saya mau pergi ke Via Condotti. yah, buat window shopping.

Waktu saya naik ke bus tersebut, bus-nya lumayan padat, tapi tidak seperti di Jakarta sampai bergelantungan di pintu. Paling lorong bus itu penuh orang berdiri sambil berpegangan di pipa besi. Saya juga tidak menemukan tempat duduk jadi saya pilih tempat yang kelihatan agak kosong sambil berpegangan di pipa juga. Kemudian bus-nya melaju.

Saat menit-menit pertama, saya melihat-lihat sekeliling sambil bus itu melaju. Saya merasakan angin bertiup menerpa wajah dan bermain dengan rambut saya yang lurus sebahu.

Waktu bus itu berbelok, saya merasa ada sentuhan ringan di paha saya.. kaget, saya melihat sekeliling tapi tidak ada yang ganjil. Saya melihat orang-orang sedang bercakap-cakap dan tidak ada yang mencurigakan. Saya mulai merasa ganjil karena keasingan saya di tengah-tengah bahasa mereka.

Karena tidak menemukan sesuatu yang aneh, saya pikir itu mungkin ketidaksengajaan, lalu saya kembali memandang lurus ke depan. Tapi tidak lama kemudian, tangan itu kembali lagi dan kali ini mengelus pantat saya dengan pelan.

Saya menoleh mencari siapa tapi lagi-lagi tidak ada yang saya dapati. Lalu bus berhenti, masuk lagi segerombolan orang sehingga saya makin terhimpit.

Saya pikir kalau sudah begini tidak mungkin lagi orang itu berani pegang-pegang, tapi dugaan saya salah karena tidak lama kemudian saya mulai merasakan tangannya di belakang lutut saya, bergerak naik ke atas paha saya.

Terus terang saya terangsang sekali karena bagian tengah agak ke belakang dari lutut ke paha itu salah satu daerah sensitif saya.

Antara perasaan gundah, mungkin sungkan siapa tahu ada yang memperhatikan, tapi juga mulai terangsang jadi saya diamkan saja. Karena tidak ada yang bisa saya lakukan di tengah kepadatan bus dan pikir saya, toh dia cuma bisa pegang-pegang, lagi pula saya melihat di sekitar saya itu banyak cowok-cowok berpakaian rapi yang mungkin mau makan siang.

So, insting iseng dan cuek plus pengen tahu saya lebih kuat daripada perasaan malu. Saya ingin tahu sejauh mana tangan orang tersebut bereaksi dan juga ngapain malu, nggak ada yang kenal saya ini, lagian cowok-cowok yang dekat saya cakep-cakep.

Mungkin karena saya diam saja, tangan itu mulai berani bergerak perlahan terus ke bagian atas paha tengah saya. Saya semakin grogi. Sambil menahan rasa nikmat yang mulai menjalar dari paha, saya gigit bibir saya, karena takut saya nanti bersuara (karena kebiasaan saya suka berisik).

Saya mencoba untuk menyatukan kaki saya supaya tangannya tidak bisa menggerayang ke atas lagi tapi tidak bisa, karena bus itu bergoyang-goyang, yang membuat badan saya jadi limbung sehingga kaki saya harus agak direnggangkan supaya bisa berdiri dengan stabil.

Diantara perasaan nikmat plus tegang, tangan itu semakin berani kali ini dia maju ke atas, menuju ke celana dalam saya. Tangannya mulai membuat lingkaran-lingkaran kecil tepat di daerah sekitar lekukan pantat saya sebelah bawah dan di atas memek saya yang tertutup celana dalam.

Wow, makin terangsang plus grogi deh. Kali ini saya agak melenguh sedikit tapi tidak mengundang perhatian penumpang sebelah saya, mungkin mereka pikir saya kecapekan berdiri kali. Tapi si pemilik tangan ini makin berani setelah mendengar desahan saya.

Dia mulai menyisipkan jemarinya ke dalam celana dalam saya yang mini itu. Tidak sulit karena mini, dia bisa merasakan daerah itu mulai basah karena ulahnya. Sungguh sulit untuk melukiskan perasaan saya saat itu.. mungkin pembaca bisa coba untuk membayangkan posisi saya di daerah yang asing dan baru.

Karena dapat angin merasakan kebasahan saya, dia mulai berani membuka bibir kemaluan saya dan memainkan jemarinya di antara kedua bibir itu sambil sesekali melingkar-lingkar di clitoris saya. Aduh, pembaca sungguh nikmat rasanya.

Saking tidak kuat menahannya saya rapatkan lagi paha saya. Lalu dengan tiba-tiba saya mencoba untuk menjebak tangannya di antara paha saya, tapi refleksnya sangat bagus sehingga dia sempat lolos waktu itu. Lumayanlah pikir saya untuk catch my breath again.

Jantung saya berdegup sangat kencang sampai-sampai saya takut kedengaran sama yang lain. Kaki saya yang mulai lemas sehingga saya sedikit bersandar di kursi yang terdekat.

Tapi tidak lama tangan itu kembali lagi kali ini saya merasa sesuatu yang dingin di celah paha saya yang nantinya saya sadar mungkin itu gunting or what and how? Karena berikutnya celana dalam saya sudah robek terbelah dua. Tangannya semakin berani beroperasi di antara kedua bibir memek saya melingkar-lingkar dan mulai nenekan perlahan.

Pelan namun mesra. Kemudian saya mulai merasa jarinya membuka kedua bibir kemaluan saya dan mulai memasukkan dua buah jarinya ke dalam memek saya keluar masuk sambil digesekkan ke daerah clitoris saya.

Saya terpana karena tidak menyangka dia seberani itu tapi tak kuasa untuk bertindak. Kaki saya mulai lemas lagi mungkin karena kenikmatan yang dihasilkan oleh gerakan jemarinya.

Saya terpaku oleh rasa itu, diam tak bergerak hanya bisa menikmati sambil kuat-kuat menggigit bibir menahan nikmat itu. Perasaan yang tak tertahankan itu membuat saya diam-diam berimajinasi bagaimana rasanya kalau penis yang ada di dalam memek saya.

Dalam diam saya sangat menikmati gerakan tangannya. Saya sudah sangat basah sekarang. Saya kuatir nanti terdengar bunyi seperti clep.. clep..

Saya berdiri setengah bersandar di situ antara perasaan grogi takut ketahuan tapi saya berdiri diam di situ tidak bergerak sambil menikmati permainan tangannya.

Tangan itu tidak berhenti juga mungkin dia dapat merasakan gerakan dinding memek saya yang makin intense. Saya merasa saya hampir orgasme. Akhirnya tiba-tiba seperti gelombang saya merasakan suatu perasaan yang sangat hebat, mungkin saya orgasme seperti dalam sedetik itu saya berada di suatu tempat yang terang sekali.. sendirian.

Untung saya masih bisa menahan tidak menjerit walau susah sekali dan bibir saya terasa sakit karena saya gigit keras sekali. Rasanya berdarah sedikit karena ada rasa besi dalam mulut saya.

Setelah itu, saya kembali bisa merasakan kehadiran orang-orang di sekitar dan membuka mata memandang jalan. Sambil menarik nafas panjang saya berdiri tegak. Saya rapatkan kaki saya, dan seperti semula, tangan itu sudah tidak ada.

Saya lihat sekeliling, ada beberapa mata yang memandang saya dengan shock tetapi saya cuek saja. Saya berbalik memandang jalan kembali dan melihat ke jam tangan saya. Well, semua itu terjadi hanya dalam 10 menit.

Di depan saya melihat ada bus station. Saya cepat melewati orang-orang menuju pintu lalu saya turun. Setelah saya memijakkan kaki saya di tanah, saya pandangi lagi bus yang mulai bergerak maju tapi ada suatu gerakan yang menarik perhatian saya.

Ternyata ada seorang cowok berkemeja biru, berambut coklat tua dan berumur sekitar 30 tahun mengangkat tangan dan memberi salute kecil pada saya seperti gaya militer di dekat kening itu lho.

Dia tersenyum (jujur saja, dia memang ganteng. Kalau dia mendekati saya di sebuah cafA?A? mungkin saya juga tertarik oleh tampang Italy-nya yang rough but nice itu) Tak sadar, saya pun tersenyum balik.

Begitulah pembaca. Saya mulai melihat sekeliling, ternyata saya sudah satu blok di dekat Via Condotti. Saya mulai berjalan sambil masih tersenyum simpul oleh pengalaman tadi.

Pengalaman itu adalah salah satu starter yang membuat saya mulai suka melakukan hal-hal tersebut di tempat umum bahkan di Jakarta mungkin karena adrenalin yang berpacu sangat cepat kalau kita tahu kita di tempat umum membuat saya selalu ketagihan.

Wow, Masih begitu perasaan saya kalau mengingat kejadian itu, seperti saya menulis sekarang ini, memek saya sudah basah. Tinggal menunggu nanti sore selesai jam kantor. Saya akan bertemu Robby, may be Robby can help me now.
Cerita sex sahabat, foto hot terbaru, foto hot Jilbab terbaru, foto hot tante terbaru, foto sex mahasiswi, cerita sex terbaru, cerita sex three some, Cerita Sex Perawan, cerita sex pembantu nakal, cerita sex ngentot, cerita sex ABG, cerita sex Jilbab, kumpulan cerita sex perkosaan, cerita sex Janda, cerita sex Guru, cerita sex Lesbi, cerita sex Hamil, cerita sex pembantu, cerita sex Pelajar, cerita sex setengah baya, cerita sex dosen, cerita sex SMP, cerita sex pramugari, cerita sex Bertukar pasangan, Cerita Sex Suster Sange, Cerita Sex Pacar Sange, Cerita Sex Pasangan Gay

Suka Cerita Sex Finish di Ranjang

By: Unknown on: 05:00

Wednesday 30 August 2017

Web Khusus Dewasa Yang Berisakan Cerita Sex Hot Terbaru, Mesum, ABG, Ngentot, Tante, Janda, Sedarah, Mahasiswi, Selingkuh, Horny, Memek Perawan 18+. Siang itu cuaca mendung menambah dingin dalam kamarku, kulangkahkan kakiku menuju kamar mandi. Masih terbayang pijatan majikanku tadi siang, begitu takut, aneh dan juga nikmat, terus terang ini pengalamanku yang pertama dimana tubuhku dijamah tangan laki-laki.

Suka Cerita Sex Usapan Tangan

 cerita sex sedarah, cerita ml sedarah, cerita ngesex sedarah, sedarah cerita, cerita hubungan sedarah, cerita sedarah bergambar, cerita ngetot sedarah, cerita 18 sedarah, cerita sedarah keluarga, cerita sedarah panas, cerita sedarah baru, daftar cerita sedarah, cerita seks sedarah, cerita sedarah kakak, cerita bokep sedarah, cerita nakal sedarah, cerita ngntot sedarah, cerita sedarah adik, cerita sedarah new, cerita sedarah terkini, cerita sedarah 18, cerita wanita sedarah, cerita cerita sedarah

Rasa yang menjalar di semua pori-pori kulit, kurasakan keanehan yang terjadi dalam tubuhku yang berujung pada suatu kenikmatan. Aku bingung dan bertanya-tanya, apakah yang terjadi dalam diriku?

Ketika di dalam kamar mandi, betapa kagetnya aku, kulihat celana dalamku dalam keadaan basah, padahal tadi tidak merasa ingin buang air, kenapa basah? Setelah aku cium ternyata tidak berbau, air apa yang keluar?

Sebelum kulanjutkan ceritaku ini, perkenalkan namaku Menik, umurku menginjak 18 tahun dan aku anak bungsu dari lima bersaudara yang kesemuanya wanita. Kakak-kakakku juga bekerja sebagai pembantu rumah tangga, ibuku sudah tiada sejak aku berusia dua tahun, sehingga ayahku menikah lagi tetapi tidak mempunyai keturunan.

Ketika kakak-kakakku pergi merantau, tinggal aku bersama ayah dan ibu tiriku di desa terpencil pantai utara Jawa Tengah. Sejak setahun lalu aku bekerja pada sebuah keluarga muda dengan satu orang putri yang baru berusia dua tahun.

Majikan perempuanku yang kupanggil ibu adalah seorang karyawati, sedang majikan laki-lakiku seorang pegawai negeri sebuah instansi pemerintah. Kehidupan di dalam rumah tangga majikanku dapat dikatakan harmonis, itu yang membuatku kerasan tinggal bersama mereka. Ibu majikan seorang wanita yang baik, begitu pula dengan suaminya.

Hari Sabtu dimana ibu bekerja, sedang bapak setiap Sabtu dan Minggu libur. Di rumah tinggal bapak, aku dan anaknya. Aku merasa tidak enak badan sejak hujan-hujanan kemarin waktu aku pergi ke pasar. padahal malam harinya aku sudah minum obat, tetapi hingga pagi hari ini aku merasa sakit disekujur tubuh.

Walau begitu tetap kupaksakan diri untuk bekerja, karena sudah kewajibanku sehari-hari dalam keluarga ini. Setelah anaknya tidur, kurebahkan diriku di kamar. Cuaca mendung bulan November, setengah terpejam sayup-sayup kudengar bapak memanggil namaku, tetapi karena badan ini terasa berat, aku tak sanggup untuk bangkit, sampai bapak datang ke kamarku.

Bapak terkejut melihat kondisiku, dihampirinya aku dan duduk ditepi ranjang. Aku berusaha untuk bangkit walau kepala ini seperti dibebani ribuan batu, tiba-tiba tangan bapak menyentuh dahiku kemudian merengkuh bahuku untuk memintaku tiduran kembali.

Bapak bilang kalau tubuhku demam, kemudian dia memijit keningku, mataku terpejam menikmati pijitan itu, terasa sakit di kepala dan lemas sekujur tubuhku. Setelah beberapa saat bapak menyuruhku untuk telungkup, akupun menurutinya.

Kuraskana kain bajuku disingkap ke atas oleh bapak, kemudian tali pengait behaku dicopotnyanya. Aku terkejut, tetapi karena lemas aku pasrah saja, kurasakan pijitan bapak dipunggungku. Disinlah awal keanehan itu terjadi.

Walaupun kondisi demam, tetapi perasaan itu tetap saja kurasakan, begitu hangat, begitu damai, begitu takut dan akhirnya begitu nikmat, mata kupejamkan sambil menikmati pijatan bapak. Umur bapak sudah tigapuluhan dan kuakui kalau bapak mempunyai wajah yang awet muda.

Disaat aku merasakan pijitan bapak, tiba-tiba kurasakan resluiting celana pendekku di belakang diturunkan oleh bapak. Aku ingin berontak dan membalikkan badan, tetapi ditolak oleh bapak dengan mengatakan bahwa bagian bawahpun harus dipijat, akhirnya aku mengalah walau disertai rasa malu saat bapak melihat pantatku.

Jujur, yang ada di dalam benakku tidak ada prasangka lain selain aku dipijit bapak. Setelah agak lama, bapak menyudahi pijitannya dan aku diberi lagi obat demam yang segera kuminum, bapak kemudian meninggalkan kamarku.

Sebelum tidur kuputuskan ke kamar mandi untuk buang air kecil. Seperti yang telah aku ceritakan di atas, bahwa celana dalamku basah, dan ternyata bukan pipis.

Aku raba dan rasakan ternyata berlendir dan agak lengket, aku tidak tahu hubungan basah ini dengan pijatan bapak tadi. Aku tak mampu berpikir jauh, setelah dari kamar mandi, kuputuskan untuk tidur di kamar.

Sore hari gerimis turun, ketika aku tidur, siang tadi ibu majikan dan anaknya pergi kerumah famili serta menginap di sana karena ada hajatan, sementara bapak tinggal di rumah sebab besok Minggu ada acara di komplek.

Setelah sesiang tadi aku tidur, kurasakan tubuhku agak mendingan, mungkin karena pengaruh obat turun demam yang aku minum tadi, sehingga aku berani untuk mandi walau dengan air hangat. Selesai mandi terdengar suara bapak dari ruang TV memanggil namaku, aku bergegas kesana.

Bapak menanyakan keadaanku yang kujawab sudah baikan. kemudian bapak menyuruhku membuatkan teh hangat untuknya. Teh kubuat dan kuhidangkan di meja depan bapak, kemudian bapak menyuruhku duduk di bawah depan tempat duduk bapak, kuturuti perintahnya.

Ternyata bapak sedang menikmati TV, kemudian bapak memegang pundaku serta memijit perlahan-lahan dan bertanya apakah pijitannya enak, kujawab enak sekali sembari tersenyum, sembari tetap memijat pundakku kami berdua membisu sambil menonton TV.

Lama-kelamaan perasaan aneh itu menjalar lagi, aku merasakan sesuatu yang lain, yang ku tak paham perasaan apa ini, kurasakan sekujur bulu tubuhku mermang.

Tiba-tiba kurasakan hembusan nafas di samping leherku, aku melirik, ternyata wajah bapak telah sampai di leherku, aku merasakan getaran-getaran aneh yang menjalar kesemua tubuhku, aku tidak berontak, aku takut, tetapi getaran-getaran aneh itu kurasakan begitu nikmat hingga tanpa kusadari kumirngkan kepalaku seakan memberi keleluasaan bapak untuk mencmbunyanya.

Tak terasa aku memejamkan mata dan menikmati setiap usapan bibir serta lidah bapak di leherku. Getaran itu kini menjalar dari leher terus turun ke bawah, yang kurasakan tubuhku melayang, tidak mempunyai beban, terasa ringan sekali seolah terbang.

Otakku seakan buntu, tidak dapat berpikir jernih, yang kutahu aku mengikuti saja karena pengalaman ini belum pernah aku rasakan seumur hidup, antara takut dan nikmat. Tangan bapak masih memijat pundakku sementara dia masih mencumbui leherku, tak lama kemudian kurasakan tangan itu meraih kancing baju depanku dan membukanya satu persatu dari atas ke bawah.

Setelah semua kancing bajuku terlepas, kembali tangan bapak memijat bahuku, semua itu aku rasakan dengan melayang-layang, perlahan tapi pasti kedua tangan bapak menyentuh ke dua payudaraku, aku kaget.

Kedua tanganku lalu memegang tangan bapak, bapak membisikkan supaya aku menikmati saja pijitannya, tanganku akhirnya terlepas dari tangan bapak. Lagi-lagi kurasakan sesuatu getaran aneh, hanya getaran ini lebih dahsyat dari yang pertama, payu daraku diremas tepatnya daripada dipijit, walau masih memakai bh.

Kemudian tangan bapak kembali kepundakku, ternyata diturunkannya tali bhku, perlahan-lahan diturunkan sebatas lengan, sementara ciuman bapak masih di leher, kadang leher kiri, kadang leher kanan.

Aku melayang hebat, dimana kedua tangan bapak meraih payudaraku dari bagian atas turun ke bawah, sesampai di putingku remasan berubah menjadi pilinan dengan jari, aku sempat membuka mata, tetapi hanya sesaat, getaran aneh berubah menjadi sengatan.

Sengatan kenikmatan yang baru ini kualami, dipilin-pilinnya kedua putingku, tak sadar ku keluarkan desahan pelan. Secara tidak kusengaja, tangan kiriku meraba celana dalamku sendiri, kurasakan gatal disekitar kemaluaku, ternyata kemaluanku basah, aku tersentak dan memberontak.

Bapak kaget, kemudian menanyakan ada apa, aku tertunduk malu. Setelah didesak aku menjawab malu, kalau aku ngompol. Bapak tersenyum dan berkata bahwa itu bukan ompol, lalu bapak berdiri dan membimbingku duduk di sofa.

Bapak menanyakan padaku, yang kujawab bahwa ini pengalamanku yang pertama, kemudian bapak mengatakan ingin memberi pengalaman selanjutnya dengan catatan supaya aku tidak menceritakan pengalaman ini pada siapa saja.

Aku hanya mengangguk dan menunduk, tak berani kutatap mata bapak karena malu. Di luar hari sudah berganti malam, gerimis pun berubah menjadi hujan, tetapi aneh, hawa di ruang TV berubah menjadi hangat, apakah ini hanya perasaanku saja? Sementara aku duduk di sofa, bapak malah jongkok dihadapanku.

Aku rikuh dan menundukkan kepalaku. Tiba-tiba bapak maju menuju payu daraku dan menciuminya, seperti bayi menetek ibunya. Aku berkata malu, tetapi di jawab bapak untuk menikmati saja. Sengatan itu kembali menyerangku ketika ciuman bapak berubah menjadi jilatan dan kuluman di putingku, aku kembali terpejam dan mengerang, tak kusadari tanganku berada di kepala bapak, mengelus dan sedikit menjambak rambut bapak.

Aku tidak kuat menyangga tubuhku, perlahan dan pasti tubuhku terjatuh di sofa, bapak membetulkan posisiku sehingga tiduran disofa. Kemudian jilatan bapak berlanjut diperutku, sementara tangan kiri bapak di payudaraku, tangan kanan meraba dari betis naik ke paha serta menyingkap rok yang kukenakan.

Aku sudah kehilangan akal sehat, hanya bisa diam dan menikmati setiap jilatan dan elusan bapak. Aku terkejut pada saat jilatan bapak sampai ke celana dalamku, aku mengatakan bahwa itu kotor dan pesing, tetapi dengan sabarnya bapak menenangkanku untuk tetap saja menikmatinya.

Aku hanya terdiam dan pasrah, di antara takut dan malu serta rasa nikmat yang tak kuduga sebelumnya. Perlahan bapak membuka rok serta mencopot celana dalamku dan menciumi rambut kemaluanku, Takut bercampur geli berkecamuk di dalam dadaku, kurapatkan kedua pahaku menahan geli, tetapi keanehan terjadi lagi, lama kelamaan tanpa kusadari kedua pahaku membuka dan semakin lebar.

Posisi ini memudahkan bapak untuk mencumbu lebih dalam. Tiba pada bagian tengah atas kemaluanku, kurasakan ujung lidah bapak menyengat yang lebih dahsyat lagi, tanpa kusadari kunaikkan pantatku ke atas ke bawah, aku meracau tidak karuan, sukar kulukiskan dengan kata-kata perasaan ini.

Kurasakan dunia gelap dan berputar, sayup-sayup kudengar suara kecipakan di sekitar selangkanganku, hingga ada suatu desakan dari dalam kemaluanku, desakan itu tak dapat kutahan, sesuatu yang akan meledak keluar, seperti bila ingin pipis, tetapi ini lebih dari itu.

Tanganku tak dapat kukendalikan, kujambak rambut bapak sambil menekan kepalanya pada kemaluanku. Aku melonjak, mengjan. menahan, meracau, tiba-tiba sesuatu itu keluar dari dalam kemaluanku, kemaluanku basah… bahkan banjir… kurasakan aku ngompol…

Setelah itu tubuhku lemas, keringat membanjiri tubuhku, tulang-tulangku terasa lepas dari tempatnya… perasaan apa ini? antara nikmat… kebelet pipis… dan lemas… Kulihat bapak tersenyum dan mengelus rambutku, bapak menanyakan apa yang aku rasakan. Kubalas dengan tatapan yang bertanya-tanya, tetapi aku tidak dapat berkata-kata, diantara nafasku yang masih memburu, aku hanya tersenyum dan memandangnya sayu.

Bapak berlutut di sampingku, melepas sarungnya, meraih tanganku dan membimbingnya untuk memegang tengah celana dalamnya, kuturuti, kuraba dari luar celana dalam bapak, ini pun pengalaman pertamaku memegang kemaluan laki-laki.

Kurasakan sesuatu menonjol keras ke atas di tengahnya, bapak menikmati elusanku dan kuliirik mata bapak setengah terpejam. Tak lama, dia menurunkan celana dalamnya, sesaat kuterpekik melihat benda yang baru kali ini kulihat.

Bapak mengajariku untuk mengurut benda itu dari atas ke bawah, aku geli memegang benda itu, empuk tapi keras… keras tapi lentur… Bapak membangkitkanku dari rebahan, kemudian menyuruhku untuk menjilat benda itu, karena tadi bapak sudah menjiltati kemaluanku, apa salahnya kalo sekarang aku menjilati kemaluannya, pikirku.

Pertama memang kujilati benda itu, lama-kelamaan kumasukkan benda itu ke dalam mulutku, aku ingat masa kecilku ketika menjilati es krim. Benda itu berdenyut-denyut di dalam rongga mulutku, aku merasa aneh tetapi senang, seperti anak keci mendapat makanan kesukaannya.

Tiba-tiba bapak mengerang sambil menarik kepalaku, benda itu berkeduk hebat, aku heran ada apa ini, tetapi benda itu tak dapat kulepaskan, karena kepalaku ditahan tangan bapak, kemudian kurasakan suatu cairan terasa di mulutku yang akhirnya daripada tersedak, cairan itu kutelan habis, terasa amis… gurih… sedikit asin. Kulihat bapak mendengus, seperti habis lari jauh, nafasnya tersengal-sengal. Dia tersenyum dan memelukku, aku merasa damai dalam pelukannya.

Bapak mengajakku ke kamar mandi, sebelum kami masuk, bapak melucuti sisa pakaianku dan juga pakaiannya. Aku merasa heran, aku menurut tanpa ada perlawanan, mungkin karena nikmat yang baru saja pertama kali aku dapat.

Di dalam kamar mandi, bapak memandikanku, bapak mengagumi bulu-bulu yang tumbuh di ketiak dan selangkanganku dan berpesan agar aku tetap memelihara dan melarang memotongnya. Pada saat bapak menyabuniku, getaran-getaran aneh menyerangku lagi.

Geli bercampur nikmat menyelimuti seluruh tubuhku, sehingga tak terasa aku mulai mendesis lagi, bapak bilang bila aku tidak tahan keluarkan saja erangan itu, tapi aku malu.

Setelah aku selesai disabuni, bapak menyuruhku menyabuninya, dengan rasa takut-takut kusabuni punggung sampai kakinya, pada giliran tubuh bagian depan, kulihat kemaluan bapak yang tadinya lemas tampak kokoh berdiri.

Bapak mengatakan enak disabuni olehku, dia meraih wajahku dan mencium mulutku, aku merasakan getaran semakin hebat ketika lidah bapak bermain di dalam rongga mulutku, aku hanya terdiam dan menikmati permainan lidah bapak, perlahan kuimbangi permainan lidah bapak dengan lidahku sendiri, kami saling berpagutan.

Bapak membimbing tanganku untuk menyentuh kemaluannya yang masih terbalut sabun, aku merasakan licin serta mengocoknya. Payudaraku pun menyentuh dada bapak yang licin oleh sabun, terasa mengeras di kedua putingku, kami berpelukan… berciuman dan saling bergesekan… aktivitas ini menimbulkan gelinjang kenikmatan yang tiada tara bagiku.

Setelah tubuh kami berdua tersiram air dan bersih dari sabun, bapak menyuruhku untuk menghadap wastafel setengah menunduk sembari kakiku direnggangkannya, bapak jongkok membelakangiku dan mulai menjilati pantatku, aku menengok ke belakang dan bapak hanya tersenyum.

Pada saat lidah bapak menyentuh dan mempermainkan duburku, aku tersentak dan sedikit mengangkat kakiku, kurasakan kegelian bercampur dengan kenikmatan, aku mendesis, kemaluanku basah dan lengket, sehingga tangan kiriku tak sadar meraba daging bulat kecil yang mengeras di tengah kemaluanku sembari mengosok-gosok dan menekannya, secara naluri bagian itu yang kurasakan dapat memberi kenikmatan yang tiada terkira.

Tak lama berselang aku berasa ingin pipis lagi. Tangan kananku mencengkeram erat bibir wastafel, mengerang hebat, tangan kiriku kutekan kuat pada benjolan kenikmatanku, aku meladak lagi, nafasku memburu tidak karuan, sesaat aku merasa lemas dan seakan hilang pijakan tempatku berdiri. Bapak menangkapku kemudian membopongku menuju kamarku.

Direbahkannya diriku di tempat tidur, bapak duduk di tepi tempat tidurku sembari mengelus rambutku, tersenyum dan mengecup keningku, hatiku tentram, nafasku mulai teratur kembali. Setelah semuanya kembali normal bapak merebahkan dirinya di sisiku, tanpa bicara, bapak meraba payudaraku, serta menjilatinya.

Getaran-getaran itu datang kembali menyerangku, aku menggelinjang serta mengeluarkan suara-suara desisan, kuremas kepala bapak sembaru kutekan ke arah dalam payudaraku. Bapak naik ke atas tubuhku, menyodorkan kemaluannya untuk kujilat lagi, kuraih dan kukulum kemaluan bapak seperti layaknya menjilati es krim, bapak memaju-mundurkan pantatnya sehingga kemaluan bapak keluar masuk dalam mulutku.

Aku menikmati keluar masuknya kemaluan bapak di dalam mulutku. setelah beberapa saat, bapak melepaskan kemaluannya dari mulutku. Bapak menggeser tubuhnya, kedua pahaku di kesampingkannya, perlahan-lahan kemaluan bapak didekatkan pada kemaluanku sambil berkata bila terasa sakit aku harus bilang.

Pertama menyentuh kulit luar kemaluanku, aku agak tersentak kaget, mulailah rasa sakit itu timbul setelah kemaluan bapak mulai sedikit demi sedikit memasuki vaginaku. Aku menjerit kesakitan yang kemudian diikuti dengan dicabutnya kemaluan bapak, bapak mencium bibirku sembari membisikkan kata supaya aku menahan rasa sakit tersebut sembari mempermainkan lidahnya di dalam mulutku.

Kemudian bapak mulai menusuk lagi, walau kemaluanku sudah basah total. tapi rasa sakit itu tak terkira, aku tak sanggup mengaduh karena mulutku tersumbat mulut bapak. Tak terasa air mataku meleleh menahan sakit yang tak terkira, kedua tanganku mencengkeram erat pinggang bapak,

Akhirnya kemaluan bapak menembus lubangku… diusapnya air mataku, kemaluan bapak masih tetap tertancap dalam lubangku. Bapak berhenti menggoyang, setelah dilihatnya aku agak tenang, mulailah bapak memaju-mundur kemaluannya lagi secara perlahan, aku sempat heran, rasa sakit itu berangsur hilang digantikan dengan nikmat.

Aku merasa kemaluanku berkedut-kedut dengan sesuatu benda asing di dalamnya, sementara itu air lendirku juga sudah membasahi liang kemaluanku, sehingga rasa sakit itu hilang tergantikan oleh kenikmatan yang sukar dikatakan.

Tidak begitu lama kemudian aku merasa ingin pipis kembali, aku peluk bapak, aku naikkan pantatku seolah ingin menelan semua kemaluan bapak. Aku kejang, aku melenguh panjang, aku menggigit pundak bapak, sesuatu yang nikmat aku rasakan lagi, dunia berputar-putar, semua terlihat berputar, sungguh kejadian ini nikmat sekali.

Aku terhempas lemas setelah aku mengalami apa yang baru aku alami, rasa sakit sudah hilang. Bapak menghentikan aktifitas seakan memberi kesempatan diriku untuk menikmati puncak kenikmatan yang baru saja kualami.

Setelah beberapa saat, dengan kemaluan yang masih mengacung ke atas, bapak mencabut kemaluannya dan menyerahkannya kedalam mulutku lagi, aku kulum kemaluan bapak, tak lama kemudian bapak melenguh… dan cairan itu kembali mendera mulutku, karena pengalaman tadi, semua cairan itu aku telan tanpa tersisa sedikitpun.

Bapak merebahkan tubuhya disampingku, dan mengucapkan terima kasih, dia mengatakan bahwa perawanku telah hilang. Aku tercenung kulihat ke bawah, sprei tempat tidurku ternoda merah darah perawanku, tetapi aku tidak menyesal, karena hilang oleh orang yang aku kagumi sekaligus aku sayangi,

Aku tidur di dalam pelukan bapak, kami kelelahan setelah mengarungi perjalanan puncak kenikmatan bersama, dalam tidurku, aku tersenyum bahagia, kulirik bapak, dia terpejam sembari tersenyum juga.

Seperti kebiasaanku sehari-hari dalam rumah tangga majikanku ini, aku bangun pada pukul 5, kulihat bapak masih tertidur lelap, kami masih dalam keadaan bugil, karena semalam tidak sempat berpakaian karena kelelahan.

Aku turun dari tempat tidur, selangkanganku masih berasa perih seakan benda tumpul panjang itu masih mengganjal di dalam lubangku. Dengan agak tertatih aku menuju kamar mandi, kubersihkan seluruh tubuhku beserta lendir-lendir yang mengering bercampur bercak darah di sekitar kemaluan dan bulu-buluku, sembari mandi aku bersiul gembira.

Kuraba lubang kemaluanku, masih terasa sisa-sisa keperihan di dalamnya, aku mengerti sekarang, dimana perbedaan antara air seni dengan lendir hormon yang keluar dari kemaluanku bila dirangsang, Aku tersenyum geli memikirkan kebodohanku selama ini.

Selesai mandi, aku membereskan rumah seperti kewajibanku sehari-hari, setelah itu aku buatkan segelas kopi panas dan kubawa ke kamarku, dimana bapak masih terlelap di sana. Perlahan kuletakkan kopi di atas meja, aku melangkah ke arah tempat tidur, kuperhatikan wajah bapak yang tertidur.

Betapa tenang, betapa damai, betapa gantengnya, perlahan kuusap pipi bapak serta kubelai rambutnya, dengan sedikit takut… kucium sudut bibir bapak. Pandanganku menyapu dada bapak, kemudian turun ke salangkangannya yang tertutup selimut, kulirik benda asing yang semalam telah memaksa masuk ke dalam lobangku.

Aku tersentak kaget, walau tertutup selimut kulihat jelas benda itu tegak berdiri mengeras, ku usap perlahan sembari tertawa geli dalam hati. Perlahan kusingkap selimut itu, sekarang terpampang jelas benda itu dimana pantulan cahaya lampu menerpa ujung kepala kemaluan bapak yang seperti helm itu.

Kudekatkan wajahku ke benda itu agar terlihat lebih jelas lagi, perlahan kugenggam, kukocok, kujilati dan kumasukkan ke dalam mulutku. Bapak bergerak perlahan, aku terkejut dan berhenti mengulumnya, tetapi bapak melihat padaku dan menyuruh untuk meneruskan aktivitasku, kembali kuulangi kuluman kemaluan bapak sembari tersenyum, dielusnya rambutku sembari kudengar erangan bapak.

Bapak bergeser sedikit, tangannya meraih pantatku serta menyingkapkan dasterku ke atas, perlahan diusapnya belahan dalam pantatku, dengan tangan kanan kuraih tangan bapak di selangkanganku, ternyata kemaluanku sudah basah kembali.

Aku pun kembali terangsang dengan usapan tangan bapak di kemaluanku, sedikit kugoyang pantatku kekiri dan kekanan tanpa melepaskan kulumanku pada kemaluan bapak. Beberapa saat kemudian, bapak meminta untuk menghentikan aktifitasku, bapak bangkit dari tempat tidur, dan menyuruhku untuk menunggi di tepi tempat tidur.

Dari arah belakang, perlahan bapak memasukkan kemaluannya ke dalam lubangku, aku heran, gaya apa lagi yang bapak berikan untukku, kuraih bantal untuk mengganjal kepalaku, sementara dari belakang, bapak memaju-mundurkan pantatnya.

Sensasi baru kurasakan, dengan posisi yang belakangan kuketahui bernama doogy style itu, seakan dapat kuatur jepitanku pada kemaluan bapak. Aku merasa ingin pipis lagi, kugigit bantal sembari mengerang dahsyat, otot-ototku kakiku mengejang sampai ke arah pantat, sedikit kujinjitkan kakiku, kucoba bertahan semampuku, kujambak speri di sampingku.

Aku tak tahan lagi, dengan kedutan-kedutan hebat, jebolah pertahananku, aku teriak dan mendesis kugigit bantal sekeras-kerasnya, pantatku berkedut-kedut ke atas bawah, aku lemas, aku jatuhkan tubuhku ke atas kasur sembari nafasku haru memburu. Kulihat bapak tersenyum ke arahku, kemaluannya semakin berkilat akibat lendirku tertimpa cahaya dari luar kamar.

Kuraih kemaluan bapak, kukocok-kocok sembari aku mengatur nafasku, tangan bapak merengkuh rambutku, diusap-usapnya kepalaku, diciumnya keningku. Setelah nafasku teratur, kuraih kemaluan bapak dan kukulum lagi, tidak berapa lama, bapak mengejang dan mengeluarkan cairan dari kemaluan bapak yang kutelan habis tanpa bersisa.

Bapak kemudian pergi mandi, sementara aku kembali kekesibukanku hari ini yaitu memasak. Pukul delapan pagi, kulihat bapak selesai mandi dan bersiap untuk menghadiri acara komplek. Setelah berpamitan padaku, aku meneruskan memasak, hari ini kubuatkan masakan spesial untuk bapak, semua bahan telah tersedia di dalam kulkas yang kubeli hari Jumat kemarin di pasar.

Pukul 12 siang, bapak kembali dari acara di komplek, aku sedang menonton acara TV setelah selesai masak, kemudian bapak menyuruh membuatkan es teh manis untuknya, aku bergegas pergi ke dapur untuk membuatkan pesanan bapak.

Di saat aku sibuk mengaduk gula, tiba-tiba dari arah belakang bapak memelukku, aku tersentak karena melihat bapak tidak mengenakan pakaian selembar pun. Tanpa bicara, dicumbuinya diriku dari belakang, aku menggelinjang kegelian, diusapnya leherku dengan lidah bapak sampai ke telingaku dan digigit-gigitnya daun kupingku.

Aku tersentak kegelian, tanganku menyenggol teh yang sedang kubuat, gelas jatuh dan air di dalamnya tumpah membasahi dasterku. Tanpa memeperhatikan peristiwa itu, bapak melahap mulutku dengan ciuman-ciuman ganasnya, aku terpengarah tidak siap, sedikit kehabisan nafas melayani ciuman bapak.

Dengan tidak melepas ciumannya, tangan bapak mencopot dasterku, kemudian dengan terburu-buru, dilepasnya beha dan celana dalamku, aku hanya pasrah menghadapi kelakuan bapak. Sedikit membopong, didudukannya aku di atas meja makan, kemudian bapak melebarkan selangkanganku serta menjilati kemaluanku.

Dengan berpegang pada tepi meja, aku menggelinjang keenakan, kurasakan sapuan-sapuan lidah bapak dikemaluanku sebagai sensasi yang tiada duanya. Mungkin karena sebentar lagi aku merasa akan datang bulan, sehingga nafsu yang ada dalam diriku sedang dalam puncak-puncaknya.

Aku pipis lagi, kujambak rambut bapak dengan tidak sungkan lagi, kutekan kepala bapak ke dalam kemaluanku, kurasakan lidah bapak menembus di dalam lobangku, aku menjerit tertahan, meledaklah kenikmatanku, bapak menyedot habis semua lendir nikmatku sampai tuntas serta menjilati rambut lebatku.

Dengan menahan posisiku, bapak berdiri dan memasukkan kemaluannya ke dalam lobangku, perlahan tapi pasti kemaluan bapak masuk. Aku membisikkan sesuatu ke bapak, aku mengatakan bila ingin merasakan semprotan cairan bapak di dalam rongga kemaluanku, bapak menanyakan apakah aku subur atau tidak, aku jawab bila dalam dua atau tiga hari ke depan akan datang bulan.

Setelah bapak mendengar pengakuanku, dia tersenyum dan semakin bersemangat untuk menusukan kemaluannya di lobangku. Ternyata bapak lama juga mengalami puncak, kebalikannya dalam diriku, aku merasakan suatu kedutan nikmat lagi dan berasa ingin pipis kembali.

Aku peluk bapak, kucium bibirnya, sementara kedua kakiku menjepit pinggang bapak. Dengan berpangku pada tepi meja makan, bapak bertambah kencang volume memaju - mundurkan kemaluannya di dalam lobangku.

Aku terpekik, aku menjerit, aku mendekap erat-erat tubuh bapak, kurasakan ledakan kembali menyerang dalam lubang kenikmatanku. Sementara bapak kulihat semakin cepat dan berkata bila kita berdua akan mencapai puncak secara bersama-sama.

Tapi aku sudah tidak tahan lagi, aku mengerang… mengejang… kugigit bibir bapak, ternyata demikian pula dengan bapak. Kami berdua mencapai puncak tinggi bersamaan, kurasakan cairan hangat bapak dan cairanku menyatu di dalam lubang kemaluanku.

Aku berkedut, bapak berkedut, kami semakin erat berpelukan, peluh membanjiri seluruh tubuh, jepitan kakiku di pinggang bapak, diimbangi pelukan tangan bapak di tubuhku, kami berdua sesak, kami berdua klimaks, kami berdua memejamkan mata sesaat tidak peduli dengan sekitar.

Sampai pada suatu ketika, ibu mengunjungi orang tuanya di lain propinsi, ibu berangkat dengan anaknya menggunakan kereta Api sementara bapak tidak ikut karena tidak dapat cuti. Ibu pergi sekitar lima hari.

Pagi hari sesuai dengan tugasku sehari-hari, aku mengepel ruangan, sengaja kulepas bh dan celana dalamku, aku hanya mengenakan daster saja tanpa dalaman. Kulihat kamar majikanku masih tertutup pintunya, kuketuk pintu dengan maksud ingin mengepel kamar majikanku, kemudian bapak membukakan pintu, aku masuk dan langsung mengepel, sementara bapak masuk kekamar mandi yang terletak juga di lama kamar majikanku.

Sengaja agak berlama-lama mengepel dengan maksud memancing reaksi bapak, kutarik dasterku lebih agak ke atas, sehingga kedua pahaku terlihat jelas. Pancinganku mengena, bapak keluar dari dalam kamar mandi dan mengomentariku bahwa pahaku tampak putih mulus, kubalikkan badan sengaja menghadap ke arah bapak, dengan posisiku mengepel akan terlihat jelas kedua payudaraku yang tak tertutup beha.

Bapak tersenyum menghampiriku dan berkata bila aku sengaja memancing dirinya, kubalas senyuman bapak dengan berkata memang aku sengaja, karena aku ingin disetubuhi bapak lagi. Kulihat bapak menurunkan sarungnya, yang ternyata juga tidak mengenakan celana dalam, terlihat kemaluan bapak sudah berdiri tegang.

Setelah pamit untuk mencuci tanganku, kuhampiri bapak, aku elus kemaluan itu, bapak duduk ditepi tempat tidur, sementara aku jongok di antara kedua paha bapak, perlahan tapi pasti, kemaluan bapak aku cium dan kumasukkan kedalam mulutku. Terdengar desisan bapak, sementara tangan kiriku menyentuh kemaluanku, ternyata sudah basah, terus kuelus perlahan kemaluanku.

Bapak merengkuh bahuku, menarik supaya aku berdiri, dan memposisikan aku jongkok di atas kemaluan bapak. Dengan perlahan kuturunkan pantatku dan dibantu dengan tangan bapak untuk mengarahkan kemaluannya menuju lobang kemaluanku, pertama agak susah untuk masukkan kemaluan bapak, kucoba memasukkannya sedikit demi sedikit.

Setelah posisi dan kedalaman kemaluan bapak sudah pas, mulailah kuturun-naikan pantatku, tangan bapak tidak tinggal diam, diarihnya dasterku untuk dilepas, kemudian diremas-remaslah kedua payudaraku.

Lama-kelamaan aku merasakan sengatan yang luar biasa, kupercepat goyanganku, kugesek-gesek kemaluanku, dan tak lama kemudian aku tak sanggup lagi menahan kebelet pipisku, kupeluk bapak dengan posisi masih tertancap kemaluan bapak, jebolah pertahananku, aku kebanjiran lagi.

Kami bertukar posisi, aku sekarang di bawah, ditepi ranjang, sedang bapak berdiri di sisi ranjang, Sebelum bapak memasukkan kemaluannya dia bertanya kapan aku mens, kujawab kira-kira lima hari lagi aku mens.

Setelah tahu jawabanku, bapak segera mengangkat kedua kakiku dan perlahan memasukkan kemaluannya kedalam kemaluanku, digoyangkannya pantat bapak maju-mundur, sensasi kemasukan kemaluan bapak di dalam kemaluanku terulang lagi, aku merasa terangsang lagi, kubantu dengan menggoyangkan pantatku.

Aku klimaks lagi, tetapi bapak mengajak untuk bersama-sama karena beliau juga sudah hampir. setelah beberapa saat kutahan, akhirnya jebol lagi pertahananku, kulihat hampir bersamaan pertahanan bapak juga jebol, akhirnya kami dapat mencapai klimaks secara bersamaan.

Lama posisi kemaluan bapak tertancap dalam kemaluanku, akupun tidak dapat berbuat apa-apa karena nikmat, setelah beberapa saat kami terdiam, baru dicabutlah kemaluan bapak. Kami berdua mandi bersama layaknya suami istri, aku bilang kepada bapak bila aku sayang kepadanya, dijawab dengan senyuman bapak.

Setiap hari semenjak kepergian ibu, kami selalu memadu kasih, tetapi jelas setelah bapak kembali dari kantor. Kadang di kamarku, di kamar bapak, di dapur, di ruang belakang, bahkan pernah di garasi dan di dalam mobil. Hatiku senang, tentram, hingga ibu pulang dari luar kota.

Hingga suatu malam aku tidak dapat tidur, udara sangat panas sehingga membuatku kegerahan, kucopot beha dan celana dalamku, hingga hanya memakai daster saja, kondisi seperti ini membuat aku menjadi terangsang.

Kugosok-gosok kemaluanku dan kuraba-raba payudaraku sambil membayangkan kejadian-kejadian yang kulalui bersama majikan laki-lakiku. Tiba-tiba aku mendengar suara desahan dari kamar tidur majikanku, aku keluar dan jongkok di bawah jendela mendengarkan desahan-desahan nikmat kedua majikanku, letak kamar majikanku tidak jauh dar kamarku, hanya dibatasi oleh gudang.

Aku terdiam mendengarkan kegiatan di dalam kamar majikanku, kutaksir posisi ibu di atas tubuh bapak.

Suara-suara itu membuat tegang seluruh tubuhku, kuraba selangkanganku dengan tangan kanan, sementara tangan kiriku meremas payudaraku. Aku terhanyut, mataku terpejam membayangkan kenikmatan itu, tanpa terasa gosokan tangan kanan di kemaluanku semakin cepat, dan jari tengahku sudah masuk kedalam kehangatan kemaluanku, terasa melayang diriku.

Tak lama datanglah klimaks, posisiku sudah selonjor kenikmatan, sementara suara-suara di dalam kamar juga tambah seru, tak lama kudengar bapak dan ibu telah mencapai klimaks, kemudian hening.

Aku terhuyung kembali ke kamarku dan berbaring di tempat tidurku, nafasku masih tersenggal, sisa-sisa kenikmatan masih terasa, aku melap kemaluanku dengan celana dalamku. Setelah nafasku teratur, kurasakan hatiku sakit, cemburukah aku. dadaku bergejolak, seakan tidak rela bila kedua majikanku bersetubuh.

Perasaan ini tidak boleh jawab hati kecilku, tetapi perasaanku tidak dapat dibohongi, aku telah jatuh cinta kepada bapak majikanku. Pikiranku bergejolak, antara logika dengan perasaan, yang aku rasa tidak akan mencapai titik temu, bagaimanakah ini?

Akhirnya kuputuskan untuk keluar dari pekerjaanku, semula ibu menahan dengan menjanjikan gajiku dinaikkan, tetapi aku menolak, kukatakan bahwa aku akan mencari pengalaman di tempat lain. Malamnya bapak mengintrogasiku, menanyakan kenapa aku pindah dari keluarga itu.

Aku bilang bila aku mulai menyukai dan mencintai bapak serta tidak rela bila bapak berdua sama ibu, bapak sendiri tidak dapat berbuat apa-apa, kemudian ia mencium pipiku lama sekali, tak terasa menetes air mataku.

Besoknya aku pergi dari rumah itu, bapak memberiku uang tujuh kali gajiku, untuk modal katanya yang pasti tanpa sepengetahuan ibu. Sebetulnya berat hatiku meninggalkan keluarga ini, tetapi hati kecilku memberontak, terhadap orang yang aku sayangi. Keputusanku sudah bulat, mungkin nanti suatu saat aku mendapatkan jodoh yang juga menyayangiku seperti bapak.

Cerita sex sahabat, foto hot terbaru, foto hot Jilbab terbaru, foto hot tante terbaru, foto sex mahasiswi, cerita sex terbaru, cerita sex three some, Cerita Sex Perawan, cerita sex pembantu nakal, cerita sex ngentot, cerita sex ABG, cerita sex Jilbab, kumpulan cerita sex perkosaan, cerita sex Janda, cerita sex Guru, cerita sex Lesbi, cerita sex Hamil, cerita sex pembantu, cerita sex Pelajar, cerita sex setengah baya, cerita sex dosen, cerita sex SMP, cerita sex pramugari, cerita sex Bertukar pasangan, Cerita Sex Suster Sange, Cerita Sex Pacar Sange, Cerita Sex Pasangan Gay

Suka Cerita Sex Usapan Tangan

By: Unknown on: 04:30

 
Copyright © Words for Love | Distributed By Blogger Themes
Blogger Templates Wallpapers Hack Wfi